Banjar Batusangihan, desa Gubug, kabupaten Tabanan merupakan
suatu wilayah di daerah Tabanan yang merupakan sentra perajin perabot rumah
tangga. Bagi warga Bali khususnya Tabanan yang suka mengoleksi alat-alat rumah
tangga : pengerupak, belakas, pisau, cangkul, serta alat pertanian lainnya
tidaklah asing mendengar nama Batusangihan. Yang namanya perajin alat rumah
tangga (pande) selain di banjar Batusangihan, juga dapat di jumpai di Banjar
Pande, Banjar Tonja, serta Banjar Sarwa Genep, tercatat 110 orang perajin
perabot rumah tangga (pande) di 4 desa tersebut.
Bagi mereka yang tumben ke banjar Batu Sangihan, akan
bertanya-tanya dalam hati mendengar hentakan/hantaman benda keras yang
bersumber dari pukulan palu dari para pande besi, sepintas kayaknya suara
gamelan dengan irama yang khas. Tidak ada yang tahu persis semenjak kapan usaha
kerajinan pande besi masuk dan berkembang di seputaran Batusangihan, namun yang
jelas para pande besi itu melakukannya secara turun temurun jauh sejak sebelum
tahun enam puluhan / sejak buyut mereka. Yang menjadi pasar sasarnya adalah
daerah transmigrasi : Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi. Namun sayangnya
perabot rumah tangganya diserap pasar lewat pengepul, baik pengepul di pasar
Bringkit, Mengwi, Badung, maupun pengepul yang ada di Pasar Ubud Gianyar.
Berapa rupiah yang bisa dikantongi sehari ? para perajin tidak bisa memberikan
jumlah/jawaban yang pasti, karena sebagai anggauta masyarakat waktu yang mereka
punya tidak sedikit yang tersita untuk aktivitas kehidupan adat saat
bermasyarakat. (“ kami tidak bisa bekerja setiap hari, karena banyak waktu yang
tersita untuk kegiatan menyama braya”).
Usaha kerajinan pande besi ini hingga kini masih rata-rata digeluti
perajin usia lanjut, mungkin karena para generasi muda setempat tidak rungu
dengan usaha kerajinan yang satu ini. Tentang kelangsungannya, hanyalah waktu
yang akan memberi jawaban.
Sumber : Majalah Serasi edisi 21, Mei 2013
No comments:
Post a Comment