Kita semua senang dengan yang namanya seni, dan mungkin
banyak orang yang setuju untuk selalu melestarikan segala yang berupa seni,
walau tidak bagi semua orang. Yang namanya seni itu umumnya berupa barang /
benda yang nampak di depan mata. Diantara sekian banyak yang namanya barang
seni, di zaman modern ini ada barang seni yang agak langka, dan tidak boleh
asal buat. Kereta demikian nama barang seni itu, ya “Kreta Kraton”.
Keberadaan antara kereta dengan masyarakat Yogyakarta, khususnya kraton
Yogyakarta serasa tidak terpisahkan. Sejauh kraton Yogyakarta masih ada,
pastilah kreta tetap dilestarikan. Sebelum sebuah kereta itu dibuat, mesti
diawali dengan upacara dan puasa, untuk mencari hari baik dan juga mohon agar
diberi kekuatan dan keselamatan selama pengerjaan. Kereta itu pusaka, apapun
keadaannya tidak bisa dibuat main-main, apalagi asal jadi. Setiap sebuah kreta
yang siap untuk dikirim, selalu ditutup dengan ungkapan doa oleh pembuatnya,
sebagai bentuk ucapan terima kasih dan mohon agar kreta itu tetap mendatangkan
berkah. Ungkapan doa diwujudkan dalam upacara kenduri. Bagi pembuat kreta
kraton, membuat kreta bukan untuk mencari harta, namun untuk mencari
ketentraman jiwa. Baginya membuat kreta sekedar melestarikan warisan yang ditinggalkan
pendahulunya. Kreta itu sudah menjadi bagian dari budaya Jawa terutama bagi
kraton Yogyakarta.—
Sumber >
koran pak oles, 1-15 januari 2013.-
No comments:
Post a Comment