Tanah Bali memang suatu pulau yang menyimpan beribu keunikan,
yang mana keunikan itulah yang menjadi magnet penarik semua wisatawan yang
berkunjung ke tanah Bali. Semua kalangan tahu, anak-nak setingkat Sekolah
Dasar-pun tahu bahwa tradisi ngaben itu ada di tanah Bali, ngaben juga salah
satu daya tarik tanah Bali (tak ada yang berani memungkiri).
Sejatinya setelah upacara ngaben dilaksanakan sebelum
dilanjutkan dengan malagia, belumlah lengkap. Malagia merupakan suatu upacara
ke dua setelah ngaben atau pelebon yang memiliki makna untuk menyucikan suksma
sarira. Hakikat dari upacara malagia itu adalah menyucikan badan halus (suksma
sarira) dari kotoran berbagai keinginan. Semua keinginan disucikan agar menjadi
satu, ykani bersatu kepada Tuhan (Brahman). Jika dalam upacara ngaben bertujuan
untuk menyucikan wadah manusia atau badan kasar (stula sarira) yang terdiri
atas unsur panca maha butha, maka saat malagia menyucikan suksma sarira atau
badan halus. Malagia punggel demikian namanya, merupakan tingkatan madyaning
utama dalam upcara nyekah atau memukur, sedangkan untuk yang utamaning utama
adalah Ngaluer. Hingga saat ini sesuai dengan berita yang ada belum ada yang
sanggup meyelenggarakan upcara ngaluer, karena harus dilaksanakan dengan tulus
iklas. Apapun orang pada saat upcara harus dipenuhi, itu yang agak susah.
Suksma sarira digambarkan dalam untaian daun beringin yang
berjumlah 108 atau 33 lembar. Dipakai bilangan itu karena 33 dianggap suci,
sedangkan 108 bilangan yang tinggi. Jumlah daun beringin yang 33 lembar itu
disesuaikan dengan jumlah dewata. Sebelas dewata berstana di bhurloka, 11
dewata berstana di bwahloka, dan 11 dewata lagi berstana di swahloka.
Sumber
: Bali post 03012013.
No comments:
Post a Comment