Friday, January 4, 2013

Malagia (Hindu)


Tanah Bali memang suatu pulau yang menyimpan beribu keunikan, yang mana keunikan itulah yang menjadi magnet penarik semua wisatawan yang berkunjung ke tanah Bali. Semua kalangan tahu, anak-nak setingkat Sekolah Dasar-pun tahu bahwa tradisi ngaben itu ada di tanah Bali, ngaben juga salah satu daya tarik tanah Bali (tak ada yang berani memungkiri). 
Sejatinya setelah upacara ngaben dilaksanakan sebelum dilanjutkan dengan malagia, belumlah lengkap. Malagia merupakan suatu upacara ke dua setelah ngaben atau pelebon yang memiliki makna untuk menyucikan suksma sarira. Hakikat dari upacara malagia itu adalah menyucikan badan halus (suksma sarira) dari kotoran berbagai keinginan. Semua keinginan disucikan agar menjadi satu, ykani bersatu kepada Tuhan (Brahman). Jika dalam upacara ngaben bertujuan untuk menyucikan wadah manusia atau badan kasar (stula sarira) yang terdiri atas unsur panca maha butha, maka saat malagia menyucikan suksma sarira atau badan halus. Malagia punggel demikian namanya, merupakan tingkatan madyaning utama dalam upcara nyekah atau memukur, sedangkan untuk yang utamaning utama adalah Ngaluer. Hingga saat ini sesuai dengan berita yang ada belum ada yang sanggup meyelenggarakan upcara ngaluer, karena harus dilaksanakan dengan tulus iklas. Apapun orang pada saat upcara harus dipenuhi, itu yang agak susah.

Suksma sarira digambarkan dalam untaian daun beringin yang berjumlah 108 atau 33 lembar. Dipakai bilangan itu karena 33 dianggap suci, sedangkan 108 bilangan yang tinggi. Jumlah daun beringin yang 33 lembar itu disesuaikan dengan jumlah dewata. Sebelas dewata berstana di bhurloka, 11 dewata berstana di bwahloka, dan 11 dewata lagi berstana di swahloka.

Sumber : Bali post  03012013.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini