Monday, December 10, 2012

Padma Buana Barat Laut Indonesia (Hindu)


Berita bali post, 10-12-2012.

Ditengah kota Batam, provinsi kepulauan Riau (Kepri), kini berdiri sebuah pura yang menjadi ikon kota Batam.Lewat proses pendirian yang cukup sulit Pura Agung Amerta Buana berhasil didirikan oleh sejumlah inisiator dari tokoh Hindu yang bekerja di Batam. Pura ini menjadi satu-satunya pura milik umat Hindu di kota Batam, bahkan menjadi Padma Buana Bagian Barat Laut Indonesia, yang telah di-bisama-kan Parisadha Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Pusat.

Awal berdirinya pura Agung Amerta Buana cukup panjang, sejumlah tempat yang direncanakan menjadi lokasi pura dibatalkan karena aspek keamanan. Setelah lama berbelit masalah lokasi, akhirnya beberapa perintis dari sejumlah tokoh Agama Hindu di Batam mendapat tempat di buah hutan belantara. Hutannya lumayan luas lebih dari 2 hektar. Karena masih berupa perbukitan, para perintis pura sempat kesulitan menentukan titik letak lokasi  Padmasana pura. Untuk itulah inisiator melakukan meditasi bersama, dengan dapat menerima pewarah-warah dari sang meraga dwijati. Pada tanggal 18 Meret 2000 meditasi bersama yang dipimpin Ida Pedanda Gede Oka Kemenuh, akhirnya membuahkan hasil  dan menemukan titik letak Padmasana yang akan dibangun.  Kemudian baru tanggal 4 Juni para inisiator melakukan peletakan batu pertama yang dilaksanakan langsung oleh Dirjen Bimas Hindu dan Budha kala itu, dan dipuput  oleh Ida Pedanda Gede Oka Kemenuh. Tahun 2003 akhirnya dipelaspas alit, agar bisa digunakan sebagai tempat sembahyang. 16 Juni 2004  Pura Agung Amerta Buana diresmikan di kota Batam, oleh menteri agama kala itu Prof. Said Agil  Al Munawar. Ditahun 2009 tanggal 2 November, upacara ngenteg linggih berhasil dilaksaknakan.

Pura Agung Amerta Buana Batam memiliki sebuah pelinggih yang cukup besar setinggi 21,7 meter. Penentuan tinggi pura juga menyimpan filosofi yang didapat dari Brahma Anariaka Upanisad. Catra Yasa yanbg pernah menjadi Ketua Parisada Batam, Ketua Parisada Kepri dan Sekretaris Parisada Pusat ini mengatakan, semestinya umat Hindu mengucapkan kata Om Kara sebanyak 21 kali yang memaknai tinggi pura sebagai proses penciptaan pura. Lima kata Om yang pertama, adalah lima rasa  yang disebut Panca Tan Matra, lalu lima Om yang kedua adalah lima benih yang disebut dengan Panca Maha Bhuta, lima Om yang ketiga adalah lima rangsangan yang disebut dengan Panca Budhi Indria, lima Om adalah Panca Indria yang disebut dengan Panca Karmendria , Om yang terakhir adalah Siwa Sadha Siwa, Parama Siwa, Paramaning Dumadi. Sementara itu koma tujuh diartikan sebagai 7 Maharsi penerima wahyu kitab suci Weda dalam Hindu. Pada pelinggih utama pura ini juga ada 3 naga yang melambangkan  Naga Ananta Boga, Naga Basuki, dan Naga Taksaka. Piodalan diu Pura Agung Amerta Buana Batam setiap setahun sekali, Purnama sasih Kelima. Dimadyaning Mandala pura ini juga didirikan Pasraman Jnana Sila Bakti. Pura ini dikelola oleh badan otorita pura yang diketuai oleh Komang Trisna Jaya ( tokoh agama  dari Banjar Sampalan Kelungkung )  



No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini