Koran pak oles, 16 – 30/11/2012.
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali
menilai, tidak perlu ada penambahan pembangunan hotel lagi di tanah Bali,
karena saat ini jumlah kamar yang tersedia sudah amat banyak. Hal yang mesti
ditingkatkan adalah mempertinggi harga jual kamar, bukannya menambah terus dengan cara membangun hotel baru. Prediksi
hingga tahun 2014 pasokan hotel baru di tanah Bali telah 10.466 kamar dari dari
60 proyek yang tengah dibangun. Dengan harga jual kamar yang tinggi, pajak
pendapatan hotel dan restoran akan meningkat. Amat perlu dipikirkan untuk tidak
memberikan izin pembangunan hotel baru, terutama di kawasan yang telah padat
agar lingkungan tetap terjaga.
Salah satu dampak dengan banyaknya kamar seperti saat
ini, akibatnya tingkat hunian hotel akan menurun terutama pada saat musim sepi
wisatawan ( low season ). Dengan adanya hotel baru kian memicu terjadinya
perang tarif yang tidak sehat. Hal itu dipicu dengan promosi yang lama dengan
menawarkan harga kamar yang jauh dari pasaran.
Industri Pariwisata Bali juga terus menekan impor minuman keras (miras) produksi luar negeri yang
diganti dengan suguhan menumab khas daerah. Devisa yang dikeluarkan untuk
mengimpor makanan dan miras per Januari –
Juli 2012, 522 ribu dolar AS.
Kajian ekonomi regional Bali disebutkan, pengeluaran
devisa untuk membeli makanan dan minuman impor per Juli hanya 14 ribu dolar
dari sebelumnya 136 ribu dolar sebulan.
Pengusaha yang bergerak di sektor pariwisata Bali selama 2010 misalnya membeli mata dagang
jenis itu, 853 ribu dolar, dan 2011, 715 ribu dolar. Tamu hotel juga sering
minta minuman khas Bali dari buah-buahan tropis seperti brem Bali.
No comments:
Post a Comment