Wednesday, October 3, 2012

Tentang " Pura Dalem Balingkang"


Alkisah, bahwa ada sebuah desa bernama Desa Pinggan yang ketika itu diperintah oleh Raja Sri Jaya Pangus Harkajalancana. Dimasa pemerintahannya Sri Jaya Pangus ada saudagar Tionghoa yang bermarga Kang terdampar di Bali bersama anak perempuannya bernama Kang Cing Wie. Saudagar itupun akhrinya sampai ke wilayah Batur dimana sang Raja Sri Pangus memerintah. Rupanya kecantikan Putri Kang Cing Wie telah memikat hati sang raja sampai akhirnya raja memutuskan untuk mempersunting puteri saudagar itu. Dan pernikahan keduanya pun digelar.


Pasca wafatnya Putri Kang Cing Wie, sebagai bentuk cinta raja yang terdalam maka dibangunlah pura yang kemudian diberi nama Pura Dalem Balingkang yang berasal dari kata “Bali+ Ing (permaisuri pertama) + Kang (putri Kang). Nah, bentuk akulturasi budaya terlihat jelas misalnya, dalam uang kepeng Tiongkok yang menunjukkan bahwa uang zaman Tang dipakai sebagai alat transaksi ekonomi di Bali. Selain mata uang kepeng, unsur budaya Tionghoa juga berpengaruh pada seni di Bali. Seni ukir dan taribaris Tionghoa di desa Sanur. Tari dengan kostum yang unik. 

   
Redite/Minggu Umanis Warigadian, hari upacara piodalan di Pura Dalem Balingkang, Desa Pinggan, Kintamani, Bangli. Lokasinya, dari Denpasar mengikuti jalur Denpasar-Singaraja lewat Kintamani, dan di Pura Pucak Panulisan menuju arah timur laut kira-kira 15-20 km. Tempatnya sangat unik dikelilingi Sungai Melilit, yang dianggap sebagai benteng utama menuju ke Kerajaan Balingkang. http://speqlen.co.cc > sumber

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini