Kata Silayukti, berasal dari kata Sila yang
berarti tingkah, dan yukti yang bermakna
benar. Nama Silayukti itu diberikan, karena dari sinilah Mpu Kuturan memimpin
dan mengajarkan tingkah laku yang benar kepada warga Bali. Pura Silayukti
merupakan salah satu penyungsungan pusat Warga Pasek. Mpu Kuturan menjalani
hidup Swala Brahmacari ( kawin hanya sekali dan satu istri). Mpu Kuturan tiba
di tanah Bali pada Rabu kliwon, wara Pahang (pegat uwakan), Madhuraksa (penanggal ping 6), Candra Sangkala Agni Suku
Babahan, tahun Saka 923 ( tahun 1001 M).
Pujawali di pura Silayukti,
jatuh tiap Buda Kliwon Pahang (enam bulan sekali). Pura lain yang terkait pura
ini yakni Pura Telaga Mas, diduga semula pasraman Mpu Kuturan. Selain itu di
sebuah goa di timur, di tebing pantai yang curam ada Pura Payogan. Diduga di
tempat ini Mpu Kuturan melakukan yoga semadi pada masanya.
Di selatan Pura Silayukti terletak Pura Tanjungsari. Pura ini dipercaya
sebagai parahyangan Mpu Baradah, adik Mpu Kuturan. Mpu Baradah, sempat ke Bali.
Tujuannya guna memohon kepada kakaknya, Mpu Kuturan, agar salah seorang putra
Raja Airlangga di Jawa Timur bisa diangkat menjadi raja di Bali. Namun, Mpu
Kuturan tak sependapat.
Sebelum bertolak pulang ke Jawa, Mpu Baradah sempat beberapa waktu tinggal
di Bali dan mendirikan parahyangan yang diberi nama Pura Tanjungsari. Pujawali
di pura itu jatuh pada Buda Kliwon Matal. Saat pujawali, baik di Pura Silayukti
maupun Tanjungsari, persembahyangan juga dilakukan pamedek ke Pura Telaga Mas
atau pun ke Pura Payogan.
No comments:
Post a Comment