BANDESA MANIK
MAS
Ana
wakianira Sri Aji Kepakisan, saking jinem rum. Kamu kita Krian Ularan, langgana
ta kita wani amejahaken kakangku, ana pratidnyan ulun ring kita kamu. Mangke
kita tan wenang umarek jengku, dosanta agung ring aku, mrawasa makik sirah
kakangku Sri Aji Pasuruan. Ana pua wehku ring kita wadua satak. Sawah wit satak
Matilar pua kita Mangke. Ki Bandesa wastu ta kita anama Ki Pangeran Desa manik
Mas.
Catatan
1. wakia, perkataan, pengandikan
2. jinem, kamar tidur
3. rum, undah, harum
4. langgana, melawan, membangkang
5. amejahaken, membunuh, asal katanya
pejah, mati
6. pratidnya, janji, sumpah penugasan
7. umarek, nangkil, asal kata parek :
dekat
8. mrawasa, menguasai
9. makik (?), barangkali meninggal
10. matilar, pergi, meninggalkan
11. wastu, pasti atau mengharuskan
sesuatu akan terjadi
*
Muah
ana panugrahanku ring kita, wadua satus, sawah wit satus, muh sakulagotranta
wekasan, tan tan keneng panyingga urip pati, yan gung dosa buat pati
tinundungmadia dosa sinampura. Saika panugrahanku lawan sanakta I Pangeran
Pasek, tunggal panugrahan, sang Sri Aji KresnaKepakisan ring I Gede Pasek, teka
wenang katama katemu ring sakulagotrane, I Gede Bendesa Manik Mas.
Catatan
1. Pinjing (?), apa barangkali seharusnya
panjing, yang artinya: sesuatu yang masuk, pinanjingan, memasuki. Dalam Babad
Bali Agung diuraikan tentang panugrahan Sri Aji Kepakisan kepada Ki Patih yang
diusir ini sebagai berikut :Seketurunanmu tidak boleh kena hukuman mati.
Sebesar apapun dosanya hanya boleh diusir. Demikian pula kekayaanya tidak boleh
dijarah dimasukkan menjadi harta raja/kerajaan. Hal yang terakhir ini disebut
kapanjing. Diceritakan hal itu terjadi, bila seseorang tidak mempunyai lagi
anak laki untuk meneruskan keturunannya.
2.
tan keneng pinjinga urip pati, dalam Babad Bali Agung diartikan sebagai,
tidak boleh kena hujuman mati.
3.
katama, dikuasai atau dijalani sepenuhnya, tamat mempelajari, asal
katanya tama, masuk, mempelajari dalam-dalam.
*
Wekasan
sira ngawe umah, ring Sweca Linggapura, ngaran ring Jero Kuta, loring Puri
Agung nganca wong rong atus. Sira ta ing Pangeran Mas, maka paraning Desa
Gelgel, kinon de Sri Aji Bali. Dibia wredi Santana sira.
Catatan
1. wekasan, kemudian pada akhirnya
2. lor, utara
3. nganca, ngamancanin, jadi manca
4.
sira ta ing Pangeran Mas, maka paraning Desa Gelgelkinon de Sri Aji Bali,
kalimat ini masih kurang jelas maksudnya.
5.
para, menuju, mendekat sangkan paran asal dan tujuan
6.
kinon, disuuruh asal kata kon; kumon, menyuruh
7.
dibia, hebat, indah, mempesona
8.
wredi, sejahtera, makmur, dibia wredi sntana, sim sudah beranak pinak, sudah
banyak keturunannya.
9. Menurut Babad Bali Agung, pengusiran
ini terjadi sekitar th.1358, yaitu setelah lim belas tahun (1343-1358) Ki Patih
Wulung menjabat Patih di Bali Madia. Namun ada perbedaan sedikit dengan Babad
dar Mundeh ini beberapa cuplikannya. Demikianlah mulai tahun 1358 itu Ki Patih
Wulung pindah ke Bali tengah.(bukan ngawe umah ring Sweca Linggarpura) dengan
nama Kyai Gusti Pangeran Bandesa Manik Mas. Pengusiran itu tentu tak
menyenangkan Ki Patih, dan waktu ia
meninggalkan Gelgel sempat mnyumpah : Moga-moga
kita makabehan maring engke karo mangko tan weruha ring sukmaning ayuning
karman warganta. Keluarga dari semua Pusaka, yang didapatnya dari Sri Ratu
Tribuana Tunggadewi dan Patih Gajah Mada, lalu dibawanya ke Bali Tengah. Salah
sebuah pusaka atau Duwung itu, berupa permata bernama Nawa Ratna, yang dipercaya
sebagai pembawa kesejahteraan dan perdamaian. Tetapi karena pusaka ini pula,
lalu pecah perang dengan Sukawati, pada ekitar tahun 1750, Pada masa
awalnya. Bali Tengah diceritakan sebagai
mengalami kemajuan pesat, sehingga nama tempat itupun dikenal Bumi Mas (desa Mas sekarang).sesuai dengan
nama penguasanya.
*
Kalisengara di Bumi Gelgel >
Gumanti
kang gosana prapta gumanti kang Bali Madiapura, kreta yuga muang kali. Dane I
Gusti agung makadi I Gusti Kaleran, manca ping arep ring Gelgel. Dane I Gusti agung
gosana widi, tungkas ring Sri Aji Kresna Kepakisan. Kaekapraya ka Karangasem, ring
dane I Gusti Lanang Jungutan, I Gusti Panaraga, makadi I Gusti Batanjeruk,
santanan I Gusti Latra (?), kalih I Gusti Ngasibatan. Ika sami tungkas ring Ida
dalem Tur Sampun puput gosana, saha upasaksi ring Bukit Tabih, praya angrusak
si sang amuter Bali.
Catatan
1. gosana, pengumuman, perintah,
panggilan
2. prapta, dating
3. gosan wiadi, bertengkar
4. kaekpraya, diajak bersepakat, dibujuk
Pemutus
ipun Ida sang Aji Bali keneng upaya, gosana pangindrajala, katurin Ida lunga ka
basakih, ngaksi kayangan ing Bali. Ida Sri Aji Bali, tan weruh ring raga kena
pangindrajala, tur sampun kaula Karangasem, prayatna saha sikep, saha ngrusak
Sang Aji Bali.
Catatan
1. Gosana, pangindrajala, tipu muslihat
2. prayatna, siaga
Apa
wasananing titah, tretasangara kalpa, tumitah prabu kataran, wastu karempeng
Ida sang aji Bali, raju binasta, raris kakrangasem, Ida sang aji Bali, ring
prade saliran panagara Karangasem, Tan kaitung iringan Ida Dalem pada
kapralaya. Sesaning mabasta, ana amrih laku.
Catatan
1. wasananing titah, pada akhir titah
widi
2. tetra (bukan treta), salah satu kurun
jaman besar dari Brahmayuga(4.320.000 tahun). Brahmayuga terdiri dari empat
jaman yaitu; Kertayuga(Satiayuga), Tetrayuga, Dwaparayuga, dan Kaliyuga (Jaman
sekarang ini) yang konon berlangsung 432.000 tahun).
3. sangara, malapetaka,
musibah,kadurmangalan
4. kalpa, kurun jaman besar
5. kalaran, kasengsaraan
6. karempeng(?), rempah, rempuh, rempuk,
ini berarti hancur, lebur, binsa, karempuh, dibinasakan
7. raju, raris
8. binasta (?), kalau brasta berarti
jatuh, gugur, hilang, mati, punah, ambrastaken, menghancurkan, sasaning
mabrasta, yang masih hidup
9. pralaya, hancur, binasa
10. amrih laku, biasanya dikatakan ,
amurang laku, artinya magedi saparan-paran, satiba paran, tan wering laku,
ngutang-utang awak.
*
Sing
bakti sing tresna pada binasta, luir gedah dawuh ing sila, sawong ing Gelgel
agung alit, nista, madia utama, pada amrih urip. Matilar ring nagara Gelgel,
nyakra lakunia kabeh.
Kala
ring dina wrespati wage wara tolu, titi kresnapaksa ping 6, nuju sasih kasa,
rusak bumi Gelgele.
Catatan
1. sing asal, sing bakti, asal masih setia
2. gedah, lumur gelas atau lainnya dari bahan
kaca
3. dawuh, jatuh
4. sela (bukan sila), batu; jadi Selemadeg sama
dengan Batumadeg
5. sawong ing, semua manusia di
6. amrih urip, mabudi hidup (yang ini memang
benar amrih)
7.
matilar, meninggalkan
8. anyakra, amuter, memerintah; sebaiknya disini
dipakai anyatur desa lakunia, perginya kesegala penjuru
9. kresnapaksa ping 6, pangelong ping 6, untuk
menyatakan tanggal dipakai suklapaksa
10.Berikut ini disampaiakan beberapa
catatan dari Babad Bali Agung, untuk perbandingan Kali Sangara di Gelgel, ini
kira-kira terjadi pada akhir abad ke-17, yang berakhir dengan pergantian
kekuasaan Yang kemudian naik tahta di
Gelgel adalah Patih Agung Widia, dengan gelar Gusti agung Maruti. Beliau
berkuasa dari th 1686 sampai 1705(ada juga ditulis 1710 ?).
11. Kalau saat itu kita melihat ke Mas
yang berkuasa pada saat itu adalah Ki Pangeran Bandesa manic Mask e V, jadi
keturunan limang undag, dari Ki Patih Wulung (Ki Gusti Pangeran Bandesa Manik Mas, yang
pertama).yang pada tahun 1358 (lebih dari 300 tahun sebelumnya) diusir dari
Gelgel.
12.Kali Sangara di Gelgel itu diawali
dengan pemrontakan oleh Paman dalem yang bernama I Dewa Anggungan, dibantu oleh
para Arya dan I Gusti batanjeruk, I
Gusti Batanjeruk kemudian tewas dan I Dewa Anggungan menyerah Namun
pembrontakan-pembrontakan kecil masih berjalan terus. Kemudian dalem Di
Made(raja waktu itu masih keturunan Kresna Kepakisan), memerintah kurang
bijaksana. Sampai kemudian timbul kerajaan-kerajaan kecil didalam kerajaan
Gelgel. Pada saat itulah kemudian I Gusti gung Maruti mengambil alih kekuasaan.
Beliau ini adalah keturynan Kresna Kepakisan , yang berkuasa di Gelgel selama
19 tahun.Jadi Bumi Gelgel ternyata tidak rusak yang terjadi adalah Dinasti
Kresna Kepakisan dig anti oleh Dinasti Arya Kepakisan. Demikian tambahan.
13.Bumi Gelgel jatuh, ketika Ida agung
maruti dikalahkan oleh Ida Agung Jambe, dam melarikan diri ke Kapal(tahun 1705
atau 1710 ?)Apa ini ama dengan wrespati wage wara tolu Kresnapaksa pang 6, sama
sekali tidak jelas, Ida Agung jambe
kemudian memindahkan kota kerajaan ke
kelungkung.
*
Muah
cinaritakena I Gde Bendesa Manik Mas, pada matilar ring desani kabeh,
cinaritakena I bendesa Manik Mas, sah saking panagara Gelgel anuju desa Mundeh,
Kaba-kaba katekeng ruang sanaknia. I gede Kabayan, I gede Nyarikan Sampun lama
sira ring Mundeh, pada kueh santanania awangun pariangan. Kawitania ingaran
pura Panti muang Pibon.
Catatan >>
1. matilar ring desani, mestinya matilar
saking desania, pergi dari desanya.
2. sah saking panagara Gelgel
3. Membaca Baba dada sulitnya, karena
kebanyakan keturunan Ki Patih Wuung Memakai
nama Bendesa manik Mas. Jadi akan timbul pertanyaan Bendesa manik Mas
yang mana ini ?
4. Diuraikan diatas tentang perginya
Bandesa Manik Mas dar Gelgel. Menuju Mundeh ini menimbulkan pertanyaan. Bandesa
Manik Mas yang mana yang dimaksud ? Sesuai dengan yang diuraikan dibagian lain
. KGP Bandesa manik Mas I (atau Ki Patih
Wulung), diusir dari Gelgel oleh raja pada tahun 1358. Beliau menuju Bali
tengah dan tempat itu kemudian menjadi Bumi Mas.Desa Mas yang sekarang. Kali
sangara di Gelgel yang diceritakan diatas terjadi krang lebih tahun 1686, pada
saat itu di Bumi Mas berkuasa KGP Bandesa Mas V. Jadi dapat diperkirakan bahwa
bandesa Manik Mas yang seelah kali sangaradi Gelgel tahun 1686 pergi ke Mundeh.
Adalah dari salah satu sentana.yang pada
tahun 1358 tidak ikut eksodus (pindah besar-besaran), ke Bali Tengah. Bersama ki Patih Wulung(KGP
Bandesa Manik Mas I), Dalam kurun waktu yang panjang, sejak tahun 1358 itu,
keluarga besar bandesa manic Ma situ mungkin saja memang telah menyebar
kemana-mna. Misalnya; Sekitar tahun
1500, ada Santana Bandesa Manik Mas yang mendesain di
Gading Wani, Jembrana. Saat danghyang Dwijendra mengadakan Darmayatra ke bali.
Di Bumi Mas pada saat itu sedang berkuasa KGP Bandesa Mas II.
5.Ada Eksodus lain yang perlu dicatat,
yaitu yang terjadi 1760, Pada waktu itu
terjadi perang antara kerjaan Sukawati dengan kerajaan Mas. Dalam pertempuran di daerah nambenan, KGP VI tewas. Pasukan Mas, keluarga Bandesa
Manik Mas, dan penduduk melarikan diri amurang laku.
6.Dalam Babad disebutkan, para pengungsi
itu terdampar di sejumlah desa, misalnya; Peliatan, tengkudak, Bedulu, Tampak
siring, Banli, jagaraga, Banyuning, Kubu tambahan, Tanah tinggi, lotunduh,
Kangetan demayu, Baturiti, Kapal,
Mengui, Bringkit, Kaba-kaba, Kediri, Tabanan, Lukluk, Yeh Embang, gading
wani, Negara, blahbatuh, Keramas, Kelungkung, Karangasem, Nusa penida, Lombok,
Padang, Babandem, sanur, Kayumas,
Kesiman, Tegal, Jimbaran Pedungan.
7.Diceritrakan pula bahwa, pelarian itu
menyamar, tidak berani memakai nama Mas, Kebanyakan memakai nama tempat yang menjadi tempat tinggalnya, , misalnya
Keliki, Buringkit, Taro, Negara, Pedungan, Nyalian, dsbnya Kemudian ada soroh
Keliki, Buringkit dan soroh Taro.
RUNTUHNYA BUMI MAS
Tahun 1760 bumi Mas diserang oleh Sri Aji Maha Sirikan dari
kerajaan Sukawati, karena raja Sukawati itu menginginkan Pusaka Majapahit yang
disimpan di Bumi Mas. Peperangan terjadi di pesawahan, yang kemudian disebut
perang Nambenan. Ki Bandesa Manik Mas VI, gugur dalam pertempuran itu. Para
Brahmana Mas. Prati Santana Bandesa Manik Mas, rakyat, tua muda, besar kecil,
semua lari menyingkir amurang laku. Demi keamanan masing-masing, mereka
menanggalkan sebutan Bandesa Manik Mas, dan tidak
menceritakan asal usul dirinya, bahwa mereka berasal dari Mas. Dalam pengungsiannya itu, mereka sampai ke Tengkulak, Bedulu,
Tampak Siring,Gentong, Pujungan, Buleleng, Bon Dalem, Banyuatis, Banyuning,
Kubu Tambahan, Git-Git, Baturiti, Candi Kuning, Mengui, Kapal, Kaba-Kaba,
Negara, Yeh embang, Badung, Kepisah, Pedungan, Padang, Kelungkung,
Karangasem, Nusa Penida.
No comments:
Post a Comment