Barang kali tidak banyak warga yang memperhatikan, sosok patung wanita
yang terdapat di dekat Gedung Mario Tabanan. Namun sosok wanita berani itu
telah menjadi sejarah besar bagi lahirnya kota Tabanan, dialah Sagung Ayu Wah,
adik perempuan terkecil dari I Gusti Rai Perang, Raja Tabanan yang gugur di
Puri Denpasar tahun 1906.
Gugurnya raja akibat tipu muslihat
membuat Belanda leluasa menghancurkan kemegahan Kerajaan Tabanan dan
mengasingkan keluarga Raja ke Lombok. Tetapi, Sagung Ayu Wah, gadis belia itu
luput dari perhatian Belanda. Seperti yang tertulis dalam sejarah Balikan
Wangaya, Sagung Wah akhirnya memimpin pemberontakan terhadap Belanda setelah
menghimpun kekuatan di Wangaya (Tabanan), yang saat itu rakyatnya dipimpin oleh
seorang kebayan. Setelah digembleng sekitar dua bulan, tepatnya tanggal 5
Desember 1906 pasukan Sagung Wah bergerak menuju kota Tabanan dengan membawa
senjata sakti Luhur Batukaru.
Pertempuran sengit terjadi di Tuakilang antara Belanda dan
pasukan Sagung Wah. Meriam dan bedil Belanda tidak bisa meledak karena
kesaktian senjata yang diperoleh di Batukaru. Belanda yang bingung menghadapi
serangan pasukan gagah berani itu akhirnya mundur dan meminta perlindungan Puri
Kaleran. Dari Puri Kaleran yang masih merupakan bagian dari Puri Agung Tabanan
akhirnya dikeluarkan senjata Ki Tulup Empet untuk menangkal senjata sakti
tersebut. Kekuatan kedua senjata itu akhirnya netral dan meriam serta bedil
Belanda kembali berfungsi.
Pertempuran akhirnya menjadi tidak seimbang ketika hari
mulai gelap. Sagung Wah memutuskan untuk kembali ke Wangaya bersama pasukannya
yang masih hidup. Dipandang Wangaya telah dicurigai Belanda, Sagung Wah
memutuskan untuk pindah ke Puri Anyar Kerambitan. Setelah dua hari di sana, ada
utusan dari Tabanan supaya Sagung Wah kembali ke Puri Tabanan untuk memimpin
kerajaan sebagai ratu. Tetapi ternyata hal tersebut hanyalah merupakan tipu
muslihat Belanda. Sagung Wah ditangkap di Dauh Pala, di depan Pura Manik
Selaka, ketika sedang ditandu untuk menuju Puri Tabanan. Dia kemudian diasingkan
ke Lombok.
Kepahlawanan Sagung Wah, wanita pemberani itu akhirnya
menjadi simbol dari berdirinya kota Tabanan. Kini patungnya diabadikan dekat
catus pata yang lokasinya masih berdekatan dengan areal puri sekarang ini. (upi)
No comments:
Post a Comment