Nyata adanya yang besar belum tentu tenar dan yang kecil belum tentu jua
terkubur tiada tampak. Semuanya tergantung dengan kualitas katakanlah sekecil
kecilnya emas murni tentu berharga demikian jua dengan tanah Bali, kesayangan
para dewata serta orang sejagat. Tiada terbantah tanah Bali merupakan daerah
wisata yang amat terkenal, tanah Bali itulah sejatinya lautan berliannya
kebudayaan walau nyata sederetan orang orang yang disebut kafir sebagai
penggerak budaya tanah Bali, orang kafir itu sebagian besar merupakan warganya perkampungan, desa tertinggal
demikian mereka bilang, namun desa/kampung mereka itulah yang riilnya sebagai
magnet wisatawan, lantaran unik. Yang namanya wisatawan ada Wisman serta
Wisnu/domistik. Latah terjadi lantaran saking jauhnya asal para Wisman itu,
mereka acap bertanya ; “ Bali itu diseblah mananya Indonesia?” , maka
tersenyumlah kita. Jawabnya ; “ Bali itu bagian dari Indonesia, dan ingat suatu
ketika nanti jika Covid 19 telah berlalu
kalian hendak ke Bali, jika kalian telah tiba di Bali artinya kalian telah tiba
di Indonesia, tapi jika kalian telah tiba di Indonesia belum tentu kalian telah
tiba di Bali.”
Seperti daerah daerah lainnya se Indonesia, tanah Bali itu secara global
tidaklah tertinggal karena warganya dapat dibilang cerdas walau tidak cerdik
pandai, orang orang kafir memang mereka karena tidak ada diantara warganya
dapat meyakinkan diri jika meninggal kelak arwahnya akan di jemput oleh tujuh
bidadari. Ada beberapa perkampungan unik yang ditempati oleh mereka yang kafir
itu, unik (tergolong desa Bali Aga), artinya tersendiri dalam bentuk maupun
jenis ada juga yang mengatakan lain dengan yang lain. Namun lagi lagi tiada
terbantah perkampungan/desa mereka yang unik itulah merupakan salah satu daya
tariknya tanah Bali karena sejuta budaya ada di sana. Diantara yang unik
contonya desa ; 1. Sidatapa, lokasinya tidaklah jauh dengan desa bali aga
lainnya, didampingi desa Tigawasa, Pedawa, serta Cempaga. Potensi pertaniannya
lumayan baik, berpanorama alam indah, sektor usaha lumayan berkembang. Sebagian
besar warganya menggeluti usaha kerajinan bambu, menariknya lagi ada pada
bangunan warga desa Sidatapa kebanyakan pekarangan mereka berisi rumah adat
yang terpelihara secara rutin, seakan aneka arsitektur modern tidak dapat
menggoyahkannya, uniknya rumah tersebut dibangun membelakangi jalan, berbentuk
serupa, bertembok tanah. 2. Penglipuran, berkali kali manyandang predikat desa
terbersih sedunia serta penghargaan kalpataru dari pemerintah, untuk dapat
mengerti budaya Bali yang utuh datanglah ke desa Penglipuran, aneka kebudayaan
Bali kental di desa yang satu ini. Nama desa diambil dari kata “pengeling pura”
yang berarti tempat suci untuk mengenang para leluhur. Warganya taat nian
menjunjung amanat para leluhurnya, rata rata bentuk bangunan di desa
Penglipuran juga sama baik atap serta tata letaknya (arsitektur bangunan
tradisional). Lokasinya masuk Kelurahan Kubu, Kecamatan Bangli, daerah tingkat
dua Bangli. Terkenal juga dengan loloh/jamu cem cemnya, disukai banyak orang.
3. Desa Trunyan, lokasinya di pinggir danau Batur dekat desa Kedisan, kawasan DTW Kintamani yang tenar dengan
Penelokannya, kabupaten Bangli. Ada di kawasan Bangli maka sejuklah udaranya,
desa satu ini keloktah hingga ke manca negara sana karena memiliki tradisi yang
benar benar beda (unik), yakni saat menyelenggarakan pemakaman warga Trunyan
yang meninggal. Jenazah orang yang meninggal tidaklah dimakamkan akan tetapi
hanya di letakkan di atah tanah berpagarkan bilah bilah bambu yang disebut
ancak saji, kuburannya berupa sebuah gua yang dinaungi pohon besar nan rindang.
Prosesi unik ini dinamakan mepasah, jadi mepasah itu ada di desa Trunyan
Bangli. 4. Desa Tenganan, wilayah daerah
tingkat dua Karangasem kecamatan Manggis, ada tradisi tahunan perang pandan
(megeret pandan) di desa yang satu ini. Jelas nilai adat serta budaya
terjunjung tinggi di desa Tenganan, merupakan salah satu desa asli suku
Bali/Bali Aga. Terkenal jua dengan kain tenunnya, “ kain tenun tenganan
pagringsingan” banyak para turis manca negara memakai oleh oleh untuk
keluarganya di rumah.
No comments:
Post a Comment