Tuesday, July 2, 2019

“Penanggal dan Pangelong”


Hari hari setelah bulan mati/tilem disebut sebagai penanggal dengan hitungan mulai dari penanggal ping pisan hingga penanggal ping pat belas, kalau orang pribumi Bali hari hari setelah tilem itu menyebutnya nyitan. Penanggal ping pisan juga disebut ndag kerana acap dipakai sebagai dewasa ayu wiwaha/pewarangan/pernikahan, selanjutnya hitungan ke empat belas disebut penanggal kaping pat belas juga disebut sebagai purwanining purnama. Purwani ada dua jenis yakni purwanining purnama ( sehari sebelum purnama ) dan purwaning tilem (  sehari menjelang tilem ). Ada tilem/bulan mati tentu ada bulan hidup/bulan penuh/purnama, bukti riil adanya yang disebut rwa bhineda. Ketahuilah adanya bahwa purnama itu sejatinya mererupakan pertengahan suatu sasih, sedangkan tilem merupakan hari terakhirnya suatu sasih. Selanjutnya, hari hari setelah purnama/bulan penuh disebut pangelong, dengan hitungan mulai dari pangelong ping pisan hingga pangelong ping pat belas, pangelong yang keempat belas ini acap disebut sebagai purwanining tilem ( sehari sebelum tilem ). Selintas tentang penanggal dan pangelong sebagai dewasa ayu pewarangan ; Secara teori bagi umat Hindu pantang untuk melangsungkan upacara wiwaha sepanjang hari hari disebut pangelong, karena efeknya kurang baik, sedangkan yang dianggap sebagai dewasa ayu melangsungkan ikatan pewarangan adalah kala hari hari disebut sebagai penanggal, diyakini memberi efek lebih baik walau semuanya tergantung dengan subha asubha karma seseorang.


Tilem artinya bulan mati, atau juga latah disebut Kresnapaksa. Pada saat rerainan Hindu yang satu ini, beryogalah Sanghyang Surya/Dewa Surya/Dewa Matahari yang acap disebut sebagai saksi nan linui di alam maya pada ini utamanya saat umat Hindu melaksanakan aneka yadnya tentulah memohon upasaksi kehadapan Sanghyang Surya, Sanghyang Surya beryoga demi penyucian diri beliau. Lawan dari Tilem adalah Purnama/ bulan penuh latah disebut Suklapaksa. Pada rahinan Purnama, beryogalah Sanghyang Candra/Dewa Bulan untuk menyucikan diri. Dengan demikian dapat dibilang bahwa  Purnama dan Tilem adalah hari-hari penyucian Sanghyang Rrwa Bhineda, yakni  Sanghyang Surya dan Sanghyang Candra. “astungkara bermanfaat”

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini