Sedemikian hebatnya tanah Bali itu, sedemikian banyaknya
fakta yang membuktikan tanah Bali ( Pulau Bali ) memang beda, nuansa
relegiusnya mendunia. Diantaranya terjadi di bulan Juli 2014, sesuai berita
yang disiarkan sebuah TV Rusia bahwa, telah tertembak jatuh sebuah kapal
terbang sipil di perbatasan Ukraina-Rusia dengan 298 penumpang serta awaknya,
kapalpun hancur. Saat itu ada sesuatu yang utuh nyaris tak tersentuh, sebuah
buku tentang dunianya tanah Bali jelas terbaca kata “Bali” pada kulit buku itu,
seakan mengkampanyekan tanah Bali ke seantero buana.
Tidak semua orang tahu, bahwa ada sekelompok warga yang tahu
dan memahami bahwa bumi itu berputar mereka tahu itu sejak ribuan tahun lalu.
Gen atau DNA mereka juga ternyata banyak kesamaan dengan gen orang Calcuta
India, mereka tiada lain adalah warga tanah Bali dari Desa Tenganan
(penelitinya dari Swiss). Kita semua tahu, bahwa yang namanya perang pandan
(mekare-kare) juga ada di kawasan desa Tenganan, pola rumah mereka juga khas. Perang
pandan itu diadakan kala ngusaba sambah, ada dua tahapan mekare-kare ini.
Pertama secara simbolis dimana 2 orang hanya mengayunkan kare/pandan berduri seraya
membawa tameng. Pada hari berikutnya barulah digelar perang pandan sungguhan,
pada hari pertama digelar di depan bangunan patemu kelod,berikutnya pada
bangunan patemu tengah yang umumnya ramai ditonton orang (para wisman dan
wisnu)
Kala ngusaba sambah, ada lagi suatu tradisi dilaksanakan : “ngayunang
loka” suatu tradisi bagi warga tenganan
mengandaikan memutar bumi. Ada sesajen khusus yang dibuat agar ngayunang loka
dapat di lakukan, di tengah upakara itu wajib ditancapkan 3 buah lampu
tradisional yang terbuat dari kapas yang dipilin. Pilinan kapas menyerupai
sumbu, dicelupkan ke minyak kelapa, warga desa Tenganan menyebutnya “gata”. Tiga
gata yang telah dinyalakan ditancapkan di tengah-tengah banten. Ketiga
gata/lampu itu sebagai simbul matahari, bulan, serta bintang. Banten yang telah
diisi gata itu lalu diayunkan dan diputar dengan 3 kali putaran ke arah utara
dan tiga kali putaran ke arah selatan. Prosesi ini diyakini memutar loka, bumi
atau alam semesta. Ada doa terpanjatkan agar bumi, bulan dan bintang terus
berputar dalam keseimbangannya.-
No comments:
Post a Comment