Sunday, July 20, 2014

Mereka sejak dahulu telah tahu “bumi berputar”




Sedemikian hebatnya tanah Bali itu, sedemikian banyaknya fakta yang membuktikan tanah Bali ( Pulau Bali ) memang beda, nuansa relegiusnya mendunia. Diantaranya terjadi di bulan Juli 2014, sesuai berita yang disiarkan sebuah TV Rusia bahwa, telah tertembak jatuh sebuah kapal terbang sipil di perbatasan Ukraina-Rusia dengan 298 penumpang serta awaknya, kapalpun hancur. Saat itu ada sesuatu yang utuh nyaris tak tersentuh, sebuah buku tentang dunianya tanah Bali jelas terbaca kata “Bali” pada kulit buku itu, seakan mengkampanyekan tanah Bali ke seantero buana.

Tidak semua orang tahu, bahwa ada sekelompok warga yang tahu dan memahami bahwa bumi itu berputar mereka tahu itu sejak ribuan tahun lalu. Gen atau DNA mereka juga ternyata banyak kesamaan dengan gen orang Calcuta India, mereka tiada lain adalah warga tanah Bali dari Desa Tenganan (penelitinya dari Swiss). Kita semua tahu, bahwa yang namanya perang pandan (mekare-kare) juga ada di kawasan desa Tenganan, pola rumah mereka juga khas. Perang pandan itu diadakan kala ngusaba sambah, ada dua tahapan mekare-kare ini. Pertama secara simbolis dimana 2 orang hanya mengayunkan kare/pandan berduri seraya membawa tameng. Pada hari berikutnya barulah digelar perang pandan sungguhan, pada hari pertama digelar di depan bangunan patemu kelod,berikutnya pada bangunan patemu tengah yang umumnya ramai ditonton orang (para wisman dan wisnu)

Kala ngusaba sambah, ada lagi suatu tradisi dilaksanakan : “ngayunang loka”  suatu tradisi bagi warga tenganan mengandaikan memutar bumi. Ada sesajen khusus yang dibuat agar ngayunang loka dapat di lakukan, di tengah upakara itu wajib ditancapkan 3 buah lampu tradisional yang terbuat dari kapas yang dipilin. Pilinan kapas menyerupai sumbu, dicelupkan ke minyak kelapa, warga desa Tenganan menyebutnya “gata”. Tiga gata yang telah dinyalakan ditancapkan di tengah-tengah banten. Ketiga gata/lampu itu sebagai simbul matahari, bulan, serta bintang. Banten yang telah diisi gata itu lalu diayunkan dan diputar dengan 3 kali putaran ke arah utara dan tiga kali putaran ke arah selatan. Prosesi ini diyakini memutar loka, bumi atau alam semesta. Ada doa terpanjatkan agar bumi, bulan dan bintang terus berputar dalam keseimbangannya.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini