Tuesday, March 11, 2014

“ sate lambat “



Umumnya makanan bila suatu rersepsi diadakan, tentulah yang namanya sate banyak peminatnya, karena memang uenak. Khusus di tanah Bali, mengkhusus lagi dikalangan penganut agama Hindu yang namanya sate itu ada beberapa jenis : sate tusuk, sate lambat, sate kemong , sate serapah, dan lainnya. Sate itu wajib mesti ada saat umat Hindu membuat upakara yang terkatagori  ayaban memangguh (memangguh dalam artian daging banten memakai daging paling sederhana dengan telur yang telah dimasak). Umumnya yang dipakai sebagai dagingnya banten adalah sate, sate lilit yang bahan bakunya daging ayam, atau daging babi sesuai dengan peruntukannya. Sate lambat itu ada yang pakai gula pasir (sate putih), ada juga yang pakai gula merah /gula aren/enau (sate barak).  Singkatnya sate lilit itu yang membuatnya dengan dililitkan pada tangkainya yang pipih di Bali disebut “sate lambat”  ada yang berbahan daging ikan ( ikan air tawar dan ikan laut) dan juga daging ayam atau daging sapi, serta babi. Khusus untuk dagingnya sesajen/banten lumrahnya pake daging ayam dan babi, bila sate berbaku daging ikan umumnya hanya untuk acara resepsi/ makan-makan belaka. 

foto : majalah tabanan serasi edisi 28 desember 2013.
lokasi : banjar durentaluh, okt 2014
setelah dililit sate dipanggang/ metunu (bhs.Bali) byar rasanya lebih gurih

Bahan pokok sate lilit/sate lambat adalah utamanya : daging yang dicincang lumat, kelapa yang diparut secukupnya, gula secukupnya (gula pasir atau gula aren), bumbu bali (base genep). Setelah semua bahan cukup diulek/diaduk dengan tangan hingga rata (terasa lengket), setelah rata dan lengket lalu dililit, besar kecil panjang pendek lilitan sesuai kehendak menyesuaikan dengan tangkai (orang Bali bilang katikan/ katik sate). Yang agak unik di saat mengaduk/mengulek dengan tangan jika ada (kalau punya) agar memakai tempayan dari tanah liat (orang bali bilang : pane/paso) agar cita rasa sate lebih gurih nikmat ( tyada duanya/ khas rasa sate bali)
lokasi durentaluh, maret 2014
lokasi : banjar durentaluh, okt 2014
setelah dililit sate dipanggang/ metunu (bhs.Bali) byar rasanya lebih gurih


Sate lambat di tanah Bali karena merupakan bagiannya budaya Bali, berkaitan langsung dengan  agama yakni agama Hindu yang notabene hingga di tahun 2014 penganutnya dominan neng Bal, maka demi ajegnya suatu budaya maka kreativitas remaja di tingkatkan. Ditingkatkan dalam artian para remaja khususnya para lelaki dari sejak usia dini ( duduk di bangku SD) sudah diajarkan bagaimana cara melilitkan bahan sate di tangkainya agar terwujud yang namanya sate lambat itu. Contoh riil : dalam peringatan HUT kota Tabanan yang ke 520, pemkab Tabanan menggelar  acara melilit sate secara masal yang melibatkan 1.621 siswa SMP yang menghasilkan 31.400 sate. Akhirnya rekor MURIpun sukses teraih, disamping melilit satenya juga sukses.


No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini