Di negara NKRI yang amat terkenal luas hingga ke seluruh
dunia ini, agama Hindu adalah merupakan salah satu agama yang keberadaannya
diakui oleh pemerintah Indonesia. Maka dengan demikian berkembanglah agama
Hindu bersama dengan agama-agama lainnya dengan tingkat toleransi yang amat
tinggi, itulah NKRI yang nyata-nyata mampu menyandingkan lima agama dengan
masing-masing penganutnya tidak dapat dibilang sedikit.
Khusus mengenai agama Hindu, sesuai dengan koran mingguan
tokoh edisi 2 – 8 September 2013 adalah merupakan agama rasa. Mana kala
merasakan keadaan tidak baik para umat Hindu acap kali melaksanakan upacara
mecaru (butha yadnya), merupakan suatu cara yang diyakini umat Hindu sebagai
cara untuk mengharmonisasikan hubungan antara manusia dengan alam lingkungannya. (
pecaruan merupakan penyucian/pemarisudha bhuta kala dan segala kotoran,
diharapkan agar semua sirna dan pada akhirnya menjadi suci kembali / mengharmoniskan
bhuana agung dan bhuana alit agar
menjadi baik )
Upacara mecaru adalah merupakan aplikasi dari filosofi Tri
Hita Karana sesuai yang disebutkan oleh lontar Pakem Gama Tirta, agar
senantiasa terjadi keharmonisan dalam hubungan antara manusia dengan Hyang
Widhi (parahyangan), hubungan antara manusia dengan sesama manusia (pawongan),
serta hubungan antara manusia dengan alam (palemahan). Tentang caru yang
dilaksanakan oleh umat Hindu ada beraneka jenis dan tingkatan, seperti caru
dengan satu ayam (eka sata), caru dengan lima ayam (manca sata), dan ada juga
yang namanya caru Rsi Gana. Tingkatan pecaruan yang dilaksanakan disesuaikan dengan
kemampuan masing-masing umat. Pelaksanaannyapun dalam berbagai waktu, misalnya
mecaru ketika akan membangun dan menempati rumah baru yang akan melewati rangkaian upacara : ngeruwak
(membuat jalan untuk masuk ke rumah), mecaru negteg, baru kemudian penghuninya
masuk pekarangan baru. Ada juga caru yang dilaksanakan sehari menjelang Hari
Raya Nyepi (tawur agung/tawur kesanga). Menjelang piodalan di pura-pura di Bali
juga diadakan suatu pecaruan, demikian
juga halnya menjelang piodalan di setiap merajan/sanggah (keluarga) yang lumrah
dikenal dengan istilah caru piodalan, dan jenis-jenis pecaruan yang lainnya.
Sesungguhnya yang namanya mecaru itu berguna untuk : menanamkan
nilai-nilai luhur dan spiritual kepada umat manusia agar selalu menjaga
keharmonisan alam, lingkungan beserta isinya (wawasan semesta alam) Makna
mecaru ini adalah kewajiban manusia marawat alam yang diumpamakan badan raga
Tuhan dalam perwujudan alam semesta beserta isinya.
Sumber : koran mingguan tokoh
2 – 8 september 2013.--
No comments:
Post a Comment