Seni patung sebagai salah satu cabang seni rupa telah hadir jauh sebelum manusia
mengenal peradaban modern. Pada zaman itu patung dihadirkan sebagai alat ritual
dan dianggap sebagai benda keramat serta disucikan. Di era kini patung telah
mengalami perubahan baik dari segi fungsi material dan perwujudan bentuk.
Patung tidak lagi mencerminkan simbul komunal melainkan bergesar sebagai medium
aspirasi pribadi si pematung.
Seni patung pada masa lalu penciptaannya lebih diwarnai oleh
konsepsi masyarakat. Pada zaman itu seni patung memiliki fungsi sebagai media
pendukung dari konsep relegi yang dipakai sebagai alat pemujaan, setiap gerak dari patung mengandung arti perlambang. Sebagai contoh : patung Buddha di candi
borobudur. Setiap gerak tangan dari Buddha mengandung lambang yang dikenal
dengan sebutan Mudpa, misalnya gerakan
amoghasidhi yaitu gerakan tangan kiri mengadah di pangkuan, tangan kanan diangkat
sedikit diatas lutut dengan telapak
tangan menghadap ke muka. Sikap ini mengandung arti : bahwa Buddha sedang
menentramkan sesuatu keadaan atau menghalau suatu ketakutan.
Pembuatan patung pada masa itu, memiliki patron tertentu yang
tidak boleh dilanggar. Patron-patron itu dinamakan Cilpasastra atau
aturan-aturan dalam membuat patung atau candi. Misalnya patung Siwa patung itu
mesti memakai ukuran nawa tala (sembilan tala), patung Ganesha berukuran panca
tala. Diketahui satu tala adalah jarak antara ujung kepala hingga ujung dagu.--
No comments:
Post a Comment