Thursday, December 6, 2012

“ Shiwa Ratri “ (Hindu)


Hari Raya Shiwa Ratri jatuh pada Purwanining Tilem Kepitu (Pangelong ping 14 sasih kepitu). Shiwa Ratri artinya malam Siwa, dimana Hyang Shiwa sedang beryoga demi kesejahtraan dunia. Pada malam ini Umat Hindu diwajibkan melaksanakan Sambang, Yoga, dan Semadhi. Sambang artinya sama dengan jagra yakni begadang, Yoga artinya mengadakan hubungan dengan Hyang Shiwa. Semadhi artinya menyatukan diri denganNya. Dengan melaksanakan hal itu, umat diyakini akan mendapatkan anugrah Shiwa berupa peleburan dosa.

Siwa senantiasa welas asih

Untuk umat yang telah meningkat pendakian spiritualnya hendaknya menambah bratanya dengan Mona brata pada malam hari. Berbagai jenis serana bakti yang diperlukan sebagai serana pemujaan adalah berbagai bunga yang harum-harum : menur, gambir, kenyiri, arja, kecubung, wanduri putih, putat, asoka, naga puspa, tenguli, cempaka, tunjung biru, tunjung bang, tunjung putih, majar-majar, dan sulasih (Shiwaratri kalpa 31.3). Bunga-bunga tersebut agar dilengkapi dengan madu, bubur, susu, bubur gula liwet dengan dicampur hati wilis (santan). Persembahan ini juga mesti dilengkapi dengan pana-pana matsyaka (daun bila). Landasan perayaan Shiwa Ratri ini adalah kekawin Shiwa Ratri Kalpa atau Lubdaka, yang di tulis oleh Mpu Tanakung yang bersumber pada Padma Purana.


Shiwa Ratri atau malan Shiwa, lebih dikenal dengan malam peleburan dosa. Karena barang siapa diwaktu malam purwanining Tilem Kepitu dapat melaksanakan Brata Shiwa Ratri, seperti tidak tidur, mona, upawasa dan beryoga semadhi akan mendapat anugrah Shiwa berupa peleburan dosa. Sehina-hinanya manusia kalau pada hari tersebut dapat melakukan brata seperti yang telah ditentukan, dosa-dosanya akan terlebur dan kelak bila meninggal rohnya akan mendapat tempat di Shiwaloka, seperti halnya Si Lubdaka.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini