Tuesday, December 4, 2012

Pendidikan karakter


Kita semua tahu ada suatu tuntutan yang melekat pada setiap seorang guru, yakni seorang guru dituntut menjadi panutan.  Disisi lain cara berpikir siswa terus berubah mengikuti perkembangan global serta menginginkan segalanya yang serba instan.  Para guru dan termasuk para kepala sekolah sedapat mungkin agar menjadi agen perubahan, motivator, dan inspirator. Para pendidik hendaknya mampu menciptakan berbagai gebrakan  dalam bidang pendidikan. Dalam rangka mengembangkan yang namanya pendidikan karakter, mesti berpikir, bersikap, dan berprilaku yang baik, hal ini harus terus menerus dibentuk. Karena setiap orang guru adalah sebagai panutan, hendaknya tidak hanya mementingkan sisi kognitif para siswa. Tidak sedikit orang yang cerdas di bangku sekolah, saat mengamalkan ilmu/terjun ke lapangan tidak bias berbuat apa-apa, penyebabnya karena karakternya tidak terlatih dengan baik. Hendaknya mereka dibiasakan belajar nilai-nilai kehidupan yang nantinya akan membentuk pola berpikir mengarah sukses.


Para guru sedapat mungkin mengikuti ritme cara berpikir siswa yang setiap saat berubah. Bimbinglah siswa saat menjauh dari ketentuan, tidak membiarkan siswa berprilaku bebas/tak terarah.  Semestinya penanaman karakter telah dimulai dari lingkungan keluarga, para ortu menanamkan etika dan estetika sejak dini, bahkan dapat dimulai sejak bayi dalam kandungan.Contohnya memperkenalkan musik yang dapat mempengaruhi mental jadi ceria. Agar mereka bangga jadi anak Indonesia, kepada mereka dapat diajarkan/diberitahu tentang keanekaragaman budaya Negara RI, dengan demikian mereka bisa menjadi anak berkarakter.

Untuk mereka yang ada di tanah Bali yang terkenal dengan Subaknya, subak juga dapat ditauladani. Masyarakat (ortu, para guru, para murid) dapat banyak belajar mengenai nilai-nilai kesantunan dan pendidikan karakter dari subak. Karena apa? Subak sebagai organisasi pengairan di tanah Bali memiliki nilai kesantunan terhadap alam, lingkungan. Para petani dalam subak sangat santun akan waktu. Mereka selalu mengikuti hitungan waktu guna menjalankan berbagai tahapan kerja di sector pertanian (dalam hal menggarap sawah). Yang amat disayangkan adalah para generasi muda sekarang enggan/ogah menggeluti dunia pertanian, generasi kini memandang petani sebagai profesi yang kurang menjanjikan secara ekonomi. Kebijakan memihak petani amatlah penting, jangan sampai nilai tradisional pertanian terus dibangga-banggakan, namun petaninya tidak sejahtra (ironis memang).----------

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini