Kita semua tahu ada suatu tuntutan yang melekat
pada setiap seorang guru, yakni seorang guru dituntut menjadi panutan. Disisi lain cara berpikir siswa terus berubah
mengikuti perkembangan global serta menginginkan segalanya yang serba instan. Para guru dan termasuk para kepala sekolah sedapat
mungkin agar menjadi agen perubahan, motivator, dan inspirator. Para pendidik
hendaknya mampu menciptakan berbagai gebrakan
dalam bidang pendidikan. Dalam rangka mengembangkan yang namanya
pendidikan karakter, mesti berpikir, bersikap, dan berprilaku yang baik, hal
ini harus terus menerus dibentuk. Karena setiap orang guru adalah sebagai
panutan, hendaknya tidak hanya mementingkan sisi kognitif para siswa. Tidak
sedikit orang yang cerdas di bangku sekolah, saat mengamalkan ilmu/terjun ke
lapangan tidak bias berbuat apa-apa, penyebabnya karena karakternya tidak
terlatih dengan baik. Hendaknya mereka dibiasakan belajar nilai-nilai kehidupan
yang nantinya akan membentuk pola berpikir mengarah sukses.
Para guru sedapat mungkin mengikuti ritme cara
berpikir siswa yang setiap saat berubah. Bimbinglah siswa saat menjauh dari
ketentuan, tidak membiarkan siswa berprilaku bebas/tak terarah. Semestinya penanaman karakter telah dimulai
dari lingkungan keluarga, para ortu menanamkan etika dan estetika sejak dini,
bahkan dapat dimulai sejak bayi dalam kandungan.Contohnya memperkenalkan musik
yang dapat mempengaruhi mental jadi ceria. Agar mereka bangga jadi anak
Indonesia, kepada mereka dapat diajarkan/diberitahu tentang keanekaragaman budaya
Negara RI, dengan demikian mereka bisa menjadi anak berkarakter.
Untuk mereka yang ada di tanah Bali yang
terkenal dengan Subaknya, subak juga dapat ditauladani. Masyarakat (ortu, para
guru, para murid) dapat banyak belajar mengenai nilai-nilai kesantunan dan
pendidikan karakter dari subak. Karena apa? Subak sebagai organisasi pengairan
di tanah Bali memiliki nilai kesantunan terhadap alam, lingkungan. Para petani
dalam subak sangat santun akan waktu. Mereka selalu mengikuti hitungan waktu
guna menjalankan berbagai tahapan kerja di sector pertanian (dalam hal
menggarap sawah). Yang amat disayangkan adalah para generasi muda sekarang
enggan/ogah menggeluti dunia pertanian, generasi kini memandang petani sebagai
profesi yang kurang menjanjikan secara ekonomi. Kebijakan memihak petani
amatlah penting, jangan sampai nilai tradisional pertanian terus
dibangga-banggakan, namun petaninya tidak sejahtra (ironis memang).----------
No comments:
Post a Comment