Bali post, 22112012.-
Penyakit jantung
koroner adalah suatu kondisi dimana pembuluh darah yang memberi nutrisi dan
oksigen ke jantung (disebut pembuluh darah koroner) mengalami penyempitan
karena terjadi penumpukan lemak (plak) pada dinding dalamnya. Akibatnya, bagian
jantung yang aliran darahnya tersumbat itu tidak mendapatkan oksigen dan
terjadilah kematian otot jantung. Ini yang dikenal dengan serangan jantung
(heart attack).
Ada 2 katagori
faktor resiko yang dapat meningkatkan kecendrungan terkena penyakit jantung
koroner.
1. Faktor resiko yang
tidak dapat dimodifikasi (tidak dapat
diubah dengan perubahan pola hidup), seperti umur (laki-laki diatas 45 tahun, perempuan diatas 55 tahun),
dan riwayat keluarga memiliki penyakit jantung
(ada keluarga yang meninggal di usia muda karena serangan jantung).
2. Faktor resiko yang
dapat dimodifikasi (dapat bdiperbaiki
dengan merubah gaya hidup), meliputi kadar kolesterol tinggi, memiliki penyakit
kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), merokok,
kegemukan/obisitas, kurang aktifitas
fisik, stres, alkohol dan rendahnya konsumsi sayuran dan buah-buahan.
Jika kita memiliki
satu atau lebih resiko yang tersebut diatas, apa yang semestinya dilakukan? Sangat
disarankan agar berkonsultasi dengan dokter walau belum menimbulkan gejala.
Sebab semakin dini kita mengetahui
tergolong dalam resiko apa (rendah,
sedang, atau tinggi), langkah pencegahan dapat diambil dengan segera sehingga dapat
memperlambat atau mencegah terjadinya serangan jantung.
Pesatnya
perkembangan tehnologi di dunia kedokteran membawa dampak positif dalam
kemajuan pengobatan itu sendiri. Studi-studi terbaru menunjukkan langkah
agresif untuk menemukan kelainan pembuluh darah dengan tehnik pencitraan.
Terjadinya penebalan pembuluh darah karotid dihubungkan dengan peningkatan
resiko terjadinya kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah serta stroke.
Penilaian tentang fungsi pembuluh darah ini memiliki beberapa keuntungan yakni
dapat dipakai sebagai penjaringan (skrining) penyakit pembuluh darah yang belum
menunjukkan gejala, dapat membedakan mereka dengan resiko tinggi atau rendah,
dapat menerapkan usaha pencegahan dengan baik sebelum terjadinya penyakit jantung,
dan mecari kemungkinan adanya penyakit lain yang mendasari kelainan dasar pada
pembuluh darah. Dengan memakai metode ultrasound tidak invasif (tidak melukai
organ tubuh), dicari apakah ada penebalan pada dinding pembuluh darah. Studi
mengatakan penebalan 0,1 mm dihubungkan dengan peningkatan resiko sebesar 15%
untuk terjadinya infark miokard (serangan jantung) dan stroke.---
No comments:
Post a Comment