Ketut
Suirya S.Pd ( guru SMP Neg. 2 Pupuan)
Pendidikan di Indonesia semakin mendapatkan
sorotan. Berbagai peristiwa muncul di dunia pendidikan di Indonesia. Penolakan
diselenggarakannya Ujian Nasional sebagai penentu kelulusan peserta didik
menjadi sebuah polemik yang cukup panjang. Penolakan ini beralasan bahwa tidaklah
tepat Ujian Nasional ini dijadikan penentu kelulusan mengingat sarana dan
prasarana yang dimiliki setiap sekolah berbeda-beda. Ujian Nasional seharusnya
hanya digunakan untuk mengetahui daya serap peserta didik terhadap materi dan
pencapaian tujuan yang diamanatkan dalam kurikulum. Hal ini diperlukan untuk dapat
menyempurnakan kebijakan yang terasa masih kurang atau belum sempurna.
Ditemukannya penyimpangan pelaksanaan Ujian Nasional juga menjadi rangkaian
berita yang tidak mengenakkan bagi dunia pendidikan, seperti nyontek massal
yang pernah dilaporkan oleh seorang wali murid di Surabaya. Bagi sebagian orang
menghalalkan segala cara untuk mendapatkan nilai tinggi mungkin dianggap biasa.
Padahal pendidikan secara harfiah diartikan sebagai : proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan ; proses, cara, atau perbuatan mendidik.
Jadi pendidikan adalah usaha sadar untuk mengubah sikap dan prilaku agar
menjadi lebih baik sehingga proses pendidikan semestinya dilakukan dengan
proses dan langkah-langkah yang positif.
Untuk efektifitas pencapaian pendidikan,
pemerintah melalui salah satu muatan kurikulumnya memprogramkan pembelajaran
kontektual atau contectual teaching and learning (CTL). Dalam CTL pembelajaran
dilangsungkan dengan memperhatikan konteks atau lingkungan nyata yang sesuai
dengan materi yang diajarkan sehingga materi lebih mudah dipahami peserta didik
dan dapat dipraktekkan dalam kehidupannya kelak dikemudian hari. Pembelajaran dengan CTL diharapkan lebih
bermakna dan bermanfaat bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan hidup
yang kian kompleks. Dengan pembelajaran CTL peserta didik dilatih untuk
mengenal permasalahan yang sedang terjadi dan mampu menemukan pemecahan masalah
sendiri, sehingga dapat menentukan langkah-langkah yang mesti diambil
selanjutnya. Pembelajaran CTL ini mendidik dan melatih peserta didik untuk
dapat memilih cara hidup yang tepat dalam menghadapi kehidupan mendatang. Hal
ini sesuai dengan tema peringatan Hari Pendidikan Nasional yaitu Bangkitnya
Generasi Emas Indonesia. Sebuah generasi yang mampu menghadapi berbagai
tantangan dengan pantang menyerah. Generasi Emas Indonesia adalah generasi yang
tidak mudah terpuruk atau larut pada permasalahan yang sedang dihadapi.
Generasi Emas Indonesia adalah generasi yang mampu membedakan, memilah, dan
memilih mana yang pantas dan tidak pantas, mana yang baik dan tidak baik, mana
yang benar dan tidak benar. Generasi emas Indonesia selalu mampu menunjukkan jati
diri dalam hiruk pikuk permasalahan yang
semakin beragam. Genarasi emas Indonesia tidak mudah terpengaruh pada prilaku
yang menyimpang dari aturan, norma, dan nilai-nilai luhur yang dimiliki bangsa
Indonesia. Generasi emas Indonesia adalah generasi yang mampu hidup berdampingan
dengan berbagai macam lingkungan kehidupan. Generasi Indonesia harus mampu
memanfaatkan lingkungan sekitar untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan.
Apakah kita bagian dari Generasi Emas
Indonesia? Bila ragu belajarlah dari kera yang mampu eksis dalam hiruk pikuk
manusia. Mereka belajar dari lingkungan
nyata yang sedang mereka hadapi, mereka mampu memanfaatkan lingkungan
untuk belajar hidup. Mereka tetap menjaga jati dirinya sebagai kera walau
berada di tengah-tengah lautan manusia. Apakah kita harus kalah dengannya? Tentu tidak bukan ??
Inilah pembelajaran kontektual, bagaimana kita
bisa memanfaatkan lingkungan sebagai sarana dan sumber belajar. Memanfaatkan
hal-hal positif dan membuang atau menjauhi hal-hal yang negatif.
No comments:
Post a Comment