Sumber : hal.20 dan 21 buku berbahasa dan bersastra Indonesia SMP
jilid 2
Musik genggong di
daerah Karangasem, khususnya di desa Budakeling, Kecamatan Bebandem, Bali telah
berkembang ratusan tahun lalu. Musik ini memiliki kwalitas seni yang tinggi,
bersifat sakral, dan dapat memberi kesejukan bagi pendengarnya. Sayangnya jenis
musik ini kini hampir mengalami kepunahan.
Genggong adalah
seni musik perpaduan antara getaran dawai yang berasal dari pelepah pohon enau
dan reng dari mulut pemainnya. Perpaduan itu menghasilkan bunyi atau nada yang
dikehendaki. Alat musik ini diilhami oleh bunyi kodok sawah yang disebut
enggung. Musik genggong merupakan salah satu alat musik yang amat populer zaman
dulu. Musik ini sangat diminati dan disenangi banyak orang. Alat musik ini sudah
ada sejak dulu dan tidak jelas asal usul maupun sejarahnya. Munculnya musik ini
diperkirakan bersamaan dengan seni tari gambuh yang juga tidak diketahui
asal-usulnya. Genggong terkenal dikalangan masyarakat Bali, khususnya di
Karangasem. Genggong berkembang ke Budekeling karena zaman dulu seniman
genggong terkenal dari daerah ini. Keberanian mementaskan musik ini ke berbagai
desa ditambah kepiawaian memainkannya menjadikan Budekeling terkenal dengan
genggongnya.
Ketenaran seniman
genggong Budekeling menyebabkan banyak masyarakat sekitar yang ingin
mempelajari. Namun pada tahun 1963, terjadi bencana alam yang besar di
Karangasem, yaitu meletusnya Gunung Agung. Peristiwa itu membuat seniman musik
genggong tidak lagi memikirkan musik ini. Bagi mereka yang penting
menyelamatkan diri dari muntahan lahar Gunung Agung. “Inilah yang menyebabkan
seniman genggong tidak serius lagi menggeluti kesenian ini”.
Menurut ceritra
sejak zaman dulu musik ini sangat erat kaitannya dengan kegiatan sosial
kemasyarakatan. Selain untuk bersenang-senang atau mengisi waktu luang,
kesenian ini juga sering dipentaskan dan mendapat undangan dari masyarakat yang
mengadakan upacara. Dahulu grup musik genggong Budekeling sering mengiringi
kesenian tari tradisional gambuh sebagai pelengkap. Musik genggong berbeda
dengan musik lain, musik lain biasanya ruang resonansinya dipadukan dengan
benda lain agar dapat menimbulkan bunyi. Pada musik genggong tidak, karena
pelawah atau ruang resonansinya haruslah menggunakan mulut pemain. Untuk
memperoleh bunyi, hanya memerlukan pengaturan suara dari napas. Suara atau
bunyi yang dihasilkanpun amat menarik karena menyerupai suara sejenis katak
sawah atau enggung.
Satu-satunya grup
musik genggong yang masih lestari di kabupaten Karangasem ada di dusun Jungsri
Kecamatan Bebandem. Grup musik genggong ini dapat bertahan karena adanya
kesenian drama tari gambuh, dan aci dipura
Saren Kangin. Kedua kesenian tersebut harus memerlukan musik gambuh
sebagai pengiring tari maupun pelengkap upacara. Hanya anggauta grup ini
sebagian besar telah lanjut usia. Musik genggong termasuk musik yang sulit
dimainkan. Minat dan bakat yang tinggi merupakan faktor untuk dapat mempelajari
dan memainkan alat musik ini. Kurangnya
minat mempelajari musik genggong menjadi penyebab kepunahannya. Padahal musik genggong merupakan salah
satu akar budaya bangsa Indonesia.
Karena itu semestinya pihak terkait, demi lestarinya musik genggong untuk
secepatnya mengambil inisiatif atau tindakan agar musik ini tidak mengalami
kepunahan . Untuk itu perlu diadakan pelatihan atau penyuluhan tentang
pentingnya warisan leluhur atau budaya tradisional Bali seperti genggong.------
No comments:
Post a Comment