Bali
post 26-10-2013
Oleh
: I Ketut Wiana
Mereka
yang terkuasai oleh hawa nafsu bergelora, amat bernafsu akan hasil kerja,
lobha, tak suci, suka mencelakakan orang lain, dan mudah terpengaruh suka dan
duka. Tergolong manusia yang rajasika.-
Tri Guna adalah 3 unsur yang membangun
sifat-sifat manusia. Ketiga unsur itu harus diupayakan agar dapat dimanagemen
menjadi Tri Guna yang berstruktur ideal. Menurut Wraspati Tattwa 21 dan 22
bahwa bila Guna Sattwam dan rajas sama kuat menguasai citta atau alam fikiran,
maka Guna Sattwam membuat orang berniat dan berhasrat baik, sedangkan Guna
rajas membuat orang berbuat baik secara nyata. Pahalanya hidup sukses di dunia dan
sorga di Paraloka. Namun bila Guna Rajas yang menguasai pikiran dan indria
manusia maka menurut Bhagawad Gita XVIII.27 akan menimbulkan 6 ciri buruk.
Pahalanya derita di dunia dan neraka di Paraloka atau dunia niskala karena
sifat Rajas tersebut.
1.
Raga (nafsu), orang yang bersifat rajasik cirinya, dikuasai oleh
hawa nafsu. Akal sehat dikesampingkan dalam berbagai hal, menurunkan kekuasaan
nafsu yang sering bergejolak tidak bisa hanya dengan nasehat dan pitutur. Nafsu yang dalam bahasa
sansekerta disebut raga harus dengan melatih diri untuk mengubah berbagai
kebiasaan hidup, misalnya memusatkan jiwa raga atau meditasi pada nama-nama
Tuhan. Dalam Katha Upanisad 1.3-4 ada
dinyatakan bahwa nafsu itu diibaratkan kuda. Kereta akan berjalan dengan baik
kalau kudanya sehat, tetapi patuh pada arahan tali kekang oleh kusir kereta. Namun kalau orang yang rajasik, kuda atau
nafsu itulah yang berkuasa menarik kereta sesuai dengan kehendaknya. Tentunya
kuda tidak paham akan arah yang baik dan benar dalam menarik kereta.
2.
Karmaphalaprepsur (amat
bernafsu akan hasil kerja). Bukan bekerja dengan baik dan benar yang diutamakan
oleh mereka yang dikuasai oleh Guna Rajas. Tetapi pamerihnya adalah menikmati
hasilnya. Orang Bali mengatakan “bekerja di kantor tukang kawat” artinya “
bekerja kendor makan kuat”. Padahal kitab suci menyatakan bahwa manusia haknya
pada kerja. Bila kerjanya baik dan
benar, maka hasilnyapun pasti juga baik dan benar. Mereka yang dikuasai Guna
rajah amat aktif tetapi tidak terarah pada Dharma. Mengatasi sifat ini dengan
menanamkan dan menguatkan keyakinannya pada ajaran karmaphala.
3.
Asuci (tidak suci), Secara fisik badannya dikotori oleh banyak
penyakit. Pikiran dan hatinya dikotori oleh berbagai niat-niat yang kotor
bertentangan dengan dharma. Seperti rasa iri, dengki, tidak boleh disaingi.
Kalau ada orang yang melebihinya dia akan tidak tenang dalam hidupnya. Karena
dihatinya sudah berkuasa egoisme yang menutup sinar suci atman yang ada pada
dirinya. Pada diri setiap orang pasti ada atman yang bersemayam, kesucian atman
pada dirinya itu tertutup oleh kegelapan
guna rajah.
4.
Lobha (tamak), Bhagawad Gita XVI.21 menyatakan bahwa kama,
krodha, dan lobha sebagai 3 pintu neraka. Lobha menurut Menawa Dhrama
Sastra VII.49 dinyatakan sebagai sumber
semua kejahatan. Dalam Sarasamuscaya 458 bahwa Lobha itu seperti buaya. Karena
sama kejamnya dalam menenggelamkan umat manusia kedalam lautan sengsara.
Sarasamuscaya 459 menyatakan bahwa lobha sebagai perumahan semua kesengsaraan
atau sarwa papa. Untuk terhindar dari lobha, orang seyogyanya mengubah pola
hidup dari hidup hedonis menuju hidup yang hapinis. Dari hidup yang
berorientasi pada kesenangan menuju hidup untuk mencari ketenangan. Hidup mengutamakan
fungsi bukan gengsi gede-gedean. Hiduplah berdasarkan kebutuhan bukan untuk
mengumbar keinginan.
5.
Himsaatmaka (sifat yang suka bikin sakit hati orang lain). Orang
rajah karena lobha dan selalu bernafsu, rasa kemanusiaannya amat tipis dan
susah diajak berbagi secara benar dan adil. Orangnya sangat rakus, tidak menaruh
belas kasihan pada mereka yang dia sakiti. Yang penting dia senang, dan orang
yang bikin susah itu justru menyenangkan dirinya. Orang yang demikian disebut
juga menderita gangguan mental.Senang melihat orang lain susah, dan susah
melihat orang lain senang. Dan akan serius melihat kejelekan dan kekurangan orang
lain dan meremehkan kelebihan orang lain.
6.
Harsasukanvitah (mudah senang dan susah), Orang rajas mentalnya
amat labil. Bila ada sesuatu yang menguntungkan dirinya dia akan senang dengan
hingar-bingarnya, begitu dia buntung akan
terpuruk bersedih. Dinamika yang amat fluktuatif antara senang dan sedih
, orang rajas akan sulit jadi pejabat publik. Aset publik akan
dihambur-hamburkan untuk mengistimewakan dirinya. Pejabat publik akan dijadikan
kesempatan untuk mengumbar nafsu, mengutamakan kepentingan dirinya.---
No comments:
Post a Comment