Thursday, August 9, 2012

Umbar janji jadikan anak cerdas secara instan.

 
Sumber >> Bali Post, Senin 6 agustus 2012.

Tahun ajaran baru 2012/2013 telah dimulai dan institusi pendidikan telah merayakan kegiatan belajar mengajar. Namun tidak banyak yang menyadari jika institusi pendidikan khususnya pendidikan anak usia dini telah menikmati keuntungan kapital yang amat besar. Berbagai institusi pendidikan anak-anak mulai usia dini hingga sekolah dasar tumbuh subur di Bali dan semua berlomba menawarkan sistem pendidikan terbaik bagi anak-anak. Idiologi kapitalismepun lekat meresap ke dunia pendidikan.

“Umumnya institusi pendidikan mengumbar janji menjadikan anak-nak berubah menjadi cerdas secara instan ,”  kata pengamat pendidikan Gede Suardana kepada Bali Post, pada tgl. 5 agustus 2012. Suardana yang kini sedang menempuh pendidikan program doktor di Kajian Budaya  Universitas Udayana ini menambahkan, institusi pendidikan ini berlomba mempromosikan produknya sebagai institusi pendidikan paling unggul. Namanyapun amat menarik sehingga seolah-olah mencerminkan sebagai institusi yang mampu menyulap anak-anak menjadi cerdas, kreatif dalam sekejap. Yang mengejutkan, institusi pendidikan anak ini memasang  tarif yang amat mahal. Setiap anak yang masuk ke lembaga tersebut, orang tuanya harus menyetor uang yang sangat besar. Harganya bisa mencapai jutaan rupiah. Bahkan biaya awalnya bisa setara dengan kuliah pasca sarjana. Menurut Suardana, dunia pendidikan di Bali saat ini telah terperangkap dalam mekanisme pasar. Pendidikan dikemas sebagai sebuah komoditi untuk dikonsumsi, yang mengkonsumsinya adalah orang tua. Anak-anak hanya menjadi korban dari gaya hidup atau selera orang tuanya yang terjebak dalam budaya instan. Fenomena pendidikan ini amat mengkhawatirkan jika terus terjadi di Bali. Kondisi ini terjadi akibat sistim pendidikan telah dirasuki idiologi kapitalisme. Logika pendidikan telah menyatu dan memiliki hubungan mutualisme atau saling menguntungkan dengan logika kapitalisme. Institusi pendidikan tersebut mengembangkan dan mensosialisasikan logika pendidikan dalam berbagai bentuk pendidikan. Sistim belajar mengajarnya dipromosikan mengacu pada kurikulum yang digagas pemerintah. Akan tetapi institusi itu dibangun berdasarkan logika kapitalisme untuk mengeruk keuntungan sebesar-besarnya. Inilah yang mengakibatkan biaya pendidikan anak-anak sangat mahal di Bali. Suardana menegaskan, dunia pendidikan di Bali yang disusupi idiologi kapitalisme sangat meresahkan orang tua karena terjerat dengan bayaran yang amat mahal. Namun mereka tidak dapat menghindar dari fenomena ini. Sekarang menjadi tugas pemerintah untuk membuat regulasi sehingga pendidikan di Bali tidak mahal. Jika pemerintah provinsi, kabupaten/kota tidak mengeremnya kita khawatir pindidikan hanya akan menjadi mimpi kosong bagi anak-anak Bali. Pendidikan bermutu dengan biaya terjangkau tidak dapat dinikmati oleh anak-anak Bali.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini