Thursday, March 19, 2020

Yang diajarkan guru itu juga anugrah


Kita semua setuju bahwasanya tanpa seorang guru kita bukanlah apa-apa, maka menjadi kewajiban kita untuk senantiasa hormat kepada guru khususnya kepada guru swadiaya yakni Tuhan Yang Esa. Demikian jua guru rupaka (selalu menentang nasehat orang tua), guru pengajian (tidak pernah hormat kepada guru), serta guru wisesa (selalu melanggar peraturan dan undang-undang yang berlaku) wajib hukumnya untuk dihormati, kalau tidak ingin disebut alpaka guru, misalnya alpaka guru reka. Alpaka guru mesti dihindari agar kelak kita tidak sengsara dalam melakoni jalan hidup, riil ada seseorang yang pintar lulus dengan gemilang di semua jenjang pendidikan namun tidak pernah mendapat pekerjaan yang layak demi memenuhi kebutuhan hidupnya, bisa jadi yang bersangkutan kena kutuk oleh guru pengajiannya… mungkin dulunya acap membuat sang guru pengajian kesal hati lalu dalam hatinya berdo’a agar kelak sang murid tidak akan pernah mendapat pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ini hanya satu contoh kongkrit.

Hormat kepada guru yang utama yakni guru Swadiaya/ Tuhan Yang Esa dalam sebuah ceritra pewayangan dikisahkan ; Tersebutlah seorang pangeran dari kaum Nesada yang bernama Bambang Ekawalya. Bambang Ekawalya bercita cita menjadi seorang kesatria pinih tanding seantero jagat dalam hal memanah, demi cita citanya itu dia pergi ke Hastinapura untuk menemui seorang guru termasyur dibidang memanah pada zamannya, itulah dia Sang Guru Rsi Drona yang punya murid kesayangan bernama Sang Arjuna penengahing pendawa. Setelah menghadap Rsi Drona memohon agar Sang Rsi sudi menjadikan dirinya murid, nyatanya Sang Rsi menolak, lantaran Rsi Drona khawatir murid kesayangannya Arjuna tersaingi. Karena Rsi Drona telah bersumpah menjadikan Arjuna kesatria pemanah nomor satu nan pinih tanding di atas bumi. Penolakan Rsi Drona tidak tidak memupuskan niat Ekawalya untuk berguru kepada Sang Guru Besar Drona, maka dibuatlah patung Rsi  Drona untuk dihormatinya sebelum dan sesudah latihan memanah oleh Ekawalya.  Akibat dari keyakinannya serta tujuannya yang mulia, maka Bambang Ekawalya memperoleh anugrah dalam ketrampilan memanah, jadi sukseslah dia dalam menekuni ketrampilan memanah itu. Seiring waktu menapak ceritra singkat, pada suatu hari nan baik Rsi Drona mengajak para muridnya pergi memanah, dan acara itu di ketahui oleh Bambang Ekawalya maka diapun ikut dalam rombongan kecil itu. Uji cobapun dimulai… Bambang Ekawalyapun ikut mencoba dengan hasil akhir gemilang senantiasa tepat sasaran sesuai petunjuk teknis Sang Rsi, Sang Rsi heran demikian juga halnya dengan kesemua muridnya. Bertanyalah Rsi Drona kepada Bambang Ekawalya “ Siapakah yang mengajarimu memanah?”  Berceritralah Bambang Ekawalya akan kisahnya sampai akhirnya dia membuat patung Sang Rsi untuk disembah karena saking hormat kagumnya pada Rsi Drona. Mendengar hal tersebut, marahlah Sang Guru Besar Drona, sikap Bambang Ekawalya yang tidak bermoral disalahkan karena tanpa seijinnya telah membuat patung dirinya. Maka hukumanpun dijatuhkan oleh Rsi Drona, ibu jari tangan Bambang Ekawalya dipotong dengan tujuan agar tidak ada yang dapat mengalahkan murid kesayangannya Arjuna. “ Menyikapi ceritra Bambang Ekawalya, kita jadi kian yakin bahwasanya yang memberikan anugrah kepada Bambang Ekawalya adalah Guru Swadiaya/ Tuhan Maha Adil dan Penyayang.

Edisi wukuning Pujut  sasih kesanga tahun masehi 2020.-

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini