Kita semua setuju bahwasanya tanpa
seorang guru kita bukanlah apa-apa, maka menjadi kewajiban kita untuk
senantiasa hormat kepada guru khususnya kepada guru swadiaya yakni Tuhan Yang
Esa. Demikian jua guru rupaka (selalu menentang nasehat orang tua), guru
pengajian (tidak pernah hormat kepada guru), serta guru wisesa (selalu
melanggar peraturan dan undang-undang yang berlaku) wajib hukumnya untuk
dihormati, kalau tidak ingin disebut alpaka guru, misalnya alpaka guru reka. Alpaka
guru mesti dihindari agar kelak kita tidak sengsara dalam melakoni jalan hidup,
riil ada seseorang yang pintar lulus dengan gemilang di semua jenjang
pendidikan namun tidak pernah mendapat pekerjaan yang layak demi memenuhi
kebutuhan hidupnya, bisa jadi yang bersangkutan kena kutuk oleh guru
pengajiannya… mungkin dulunya acap membuat sang guru pengajian kesal hati lalu
dalam hatinya berdo’a agar kelak sang murid tidak akan pernah mendapat
pekerjaan yang layak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ini hanya satu contoh
kongkrit.
Hormat kepada guru yang utama yakni guru
Swadiaya/ Tuhan Yang Esa dalam sebuah ceritra pewayangan dikisahkan ;
Tersebutlah seorang pangeran dari kaum Nesada yang bernama Bambang Ekawalya. Bambang
Ekawalya bercita cita menjadi seorang kesatria pinih tanding seantero jagat
dalam hal memanah, demi cita citanya itu dia pergi ke Hastinapura untuk menemui
seorang guru termasyur dibidang memanah pada zamannya, itulah dia Sang Guru Rsi
Drona yang punya murid kesayangan bernama Sang Arjuna penengahing pendawa.
Setelah menghadap Rsi Drona memohon agar Sang Rsi sudi menjadikan dirinya
murid, nyatanya Sang Rsi menolak, lantaran Rsi Drona khawatir murid
kesayangannya Arjuna tersaingi. Karena Rsi Drona telah bersumpah menjadikan
Arjuna kesatria pemanah nomor satu nan pinih tanding di atas bumi. Penolakan Rsi
Drona tidak tidak memupuskan niat Ekawalya untuk berguru kepada Sang Guru Besar
Drona, maka dibuatlah patung Rsi Drona
untuk dihormatinya sebelum dan sesudah latihan memanah oleh Ekawalya. Akibat dari keyakinannya serta tujuannya yang
mulia, maka Bambang Ekawalya memperoleh anugrah dalam ketrampilan memanah, jadi
sukseslah dia dalam menekuni ketrampilan memanah itu. Seiring waktu menapak
ceritra singkat, pada suatu hari nan baik Rsi Drona mengajak para muridnya
pergi memanah, dan acara itu di ketahui oleh Bambang Ekawalya maka diapun ikut
dalam rombongan kecil itu. Uji cobapun dimulai… Bambang Ekawalyapun ikut
mencoba dengan hasil akhir gemilang senantiasa tepat sasaran sesuai petunjuk
teknis Sang Rsi, Sang Rsi heran demikian juga halnya dengan kesemua muridnya.
Bertanyalah Rsi Drona kepada Bambang Ekawalya “ Siapakah yang mengajarimu
memanah?” Berceritralah Bambang Ekawalya
akan kisahnya sampai akhirnya dia membuat patung Sang Rsi untuk disembah karena
saking hormat kagumnya pada Rsi Drona. Mendengar hal tersebut, marahlah Sang
Guru Besar Drona, sikap Bambang Ekawalya yang tidak bermoral disalahkan karena
tanpa seijinnya telah membuat patung dirinya. Maka hukumanpun dijatuhkan oleh
Rsi Drona, ibu jari tangan Bambang Ekawalya dipotong dengan tujuan agar tidak
ada yang dapat mengalahkan murid kesayangannya Arjuna. “ Menyikapi ceritra
Bambang Ekawalya, kita jadi kian yakin bahwasanya yang memberikan anugrah
kepada Bambang Ekawalya adalah Guru Swadiaya/ Tuhan Maha Adil dan Penyayang.
Edisi wukuning Pujut sasih kesanga tahun masehi 2020.-
No comments:
Post a Comment