Hari hari setelah bulan mati/tilem disebut sebagai
penanggal dengan hitungan mulai dari penanggal ping pisan hingga penanggal ping
pat belas, kalau orang pribumi Bali hari hari setelah tilem itu menyebutnya
nyitan. Penanggal ping pisan juga disebut ndag kerana acap dipakai sebagai
dewasa ayu wiwaha/pewarangan/pernikahan, selanjutnya hitungan ke empat belas
disebut penanggal kaping pat belas juga disebut sebagai purwanining purnama.
Purwani ada dua jenis yakni purwanining purnama ( sehari sebelum purnama ) dan
purwaning tilem ( sehari menjelang tilem
). Ada tilem/bulan mati tentu ada bulan hidup/bulan penuh/purnama, bukti riil
adanya yang disebut rwa bhineda. Ketahuilah adanya bahwa purnama itu sejatinya
mererupakan pertengahan suatu sasih, sedangkan tilem merupakan hari terakhirnya
suatu sasih. Selanjutnya, hari hari setelah purnama/bulan penuh disebut pangelong,
dengan hitungan mulai dari pangelong ping pisan hingga pangelong ping pat belas,
pangelong yang keempat belas ini acap disebut sebagai purwanining tilem (
sehari sebelum tilem ). Selintas tentang penanggal dan pangelong sebagai dewasa
ayu pewarangan ; Secara teori bagi umat Hindu pantang untuk melangsungkan
upacara wiwaha sepanjang hari hari disebut pangelong, karena efeknya kurang
baik, sedangkan yang dianggap sebagai dewasa ayu melangsungkan ikatan
pewarangan adalah kala hari hari disebut sebagai penanggal, diyakini memberi
efek lebih baik walau semuanya tergantung dengan subha asubha karma seseorang.
Tilem artinya bulan mati, atau juga latah disebut
Kresnapaksa. Pada saat rerainan Hindu yang satu ini, beryogalah Sanghyang
Surya/Dewa Surya/Dewa Matahari yang acap disebut sebagai saksi nan linui di
alam maya pada ini utamanya saat umat Hindu melaksanakan aneka yadnya tentulah
memohon upasaksi kehadapan Sanghyang Surya, Sanghyang Surya beryoga demi
penyucian diri beliau. Lawan dari Tilem adalah Purnama/ bulan penuh latah
disebut Suklapaksa. Pada rahinan Purnama, beryogalah Sanghyang Candra/Dewa
Bulan untuk menyucikan diri. Dengan demikian dapat dibilang bahwa Purnama dan Tilem adalah hari-hari penyucian
Sanghyang Rrwa Bhineda, yakni Sanghyang
Surya dan Sanghyang Candra. “astungkara bermanfaat”
No comments:
Post a Comment