Para umat Hindu punya keyakinan kalau
seseorang yang telah meninggal itu, atmanya telah meninggalkan jasad menghadap
Sang Maha Kuasa, maka jenasahlah sebutan untuk jasad itu. Sang Atma
meninggalkan jasad, menghadapNya
mempertanggung jawabkan segala perbuatan yang telah dilakukan semasa hidup (
karma pala ) maka dengan demikian jasad yang telah ditinggalkan Sang Atmapun
mesti di pelihara selayaknya seseorang yang akan sembahyang ; mandi
(dimandikan), berpakaian rapi, sampai ke persiapan serana sembahyangnya riil
dengan kuangennya. Semua prosesi itu mulai dari memandikan jenasah/nyiramang layon lumarah disebut
mreteka layon.
Upacara Nyiramang Layon atau memandikan jenazah orang yang meninggal,
merupakan bagian dari upacara Pitra Yadnya. Beberapa hal-hal penting yang
berkait dengan ritual upacara nyiramang layon ini, diantaranya adalah ;
1. Menyisir rambut jenazah dengan suah
petat / suah serit (sisir rambut yang terbuat dari lidi bambu). Menyisir rambut
dengan suah petat ini mengandung makna filosopis, bila ia numitis/ menjelma/
reinkarnasi kelak, rambutnya tumbuh subur, lebat dan mengkilat.
2. Seluruh tubuh jenazah digelindingkan
atau digulirkan sebutir telor ayam/taluh siap (bhs.Bali) yang makna filosopisnya adalah untuk menghilangkan
atau melindas seluruh mala/ kekotoran rokhani yang disebabkan oleh unsur Buta
Kala (terutama Buta Kala Sepetan), agar Buta Kala ini hilang atau lenyap dari
tubuhnya bila numitis kelak.
3. Kedua alis mata jenazah masing-masing ditutup dengan sehelai daun intaran, dimana ujung daunnya dihadapkan keluar, kesamping kanan dan kiri. Makna simbolisnya adalah agar jika ia numitis kelak, alisnya menjadi indah, melengkung tajam, laksana daun intaran.
4. Di selaning lelata atau diantara kedua alis mata diletakkan Bunga Teleng, yang mempunyai makna, jika ia numitis kelak, pandangannya menjadi tajam serta berwawasan luas. Teleng itu artinya tajam.
5. Pada kedua kelopak matanya masing masing diletakkan sepotong lempengan kecil kaca cermin yang bentuknya bulat, yang makna filsapatnya adalah bila ia numitis nanti mata atmanya dapat melihat dengan jelas tujuannya, serta mempunyai mata yang indah cemerlang.
6. Pada kedua lobang hidungnya masing masing ditutup dengan sekuncup Bunga Menuh dapat pula bunga melati yang belum mekar, yang makna simbolisnya, jika ia numadi/menitis kelak mempunyai nafas yang baik, penciuman yang tajam, menyatu, dan bau nafasnya senantiasa harum. Demikian kurang lebih/ kirang langlung, astungkara berfaedah.-
3. Kedua alis mata jenazah masing-masing ditutup dengan sehelai daun intaran, dimana ujung daunnya dihadapkan keluar, kesamping kanan dan kiri. Makna simbolisnya adalah agar jika ia numitis kelak, alisnya menjadi indah, melengkung tajam, laksana daun intaran.
4. Di selaning lelata atau diantara kedua alis mata diletakkan Bunga Teleng, yang mempunyai makna, jika ia numitis kelak, pandangannya menjadi tajam serta berwawasan luas. Teleng itu artinya tajam.
5. Pada kedua kelopak matanya masing masing diletakkan sepotong lempengan kecil kaca cermin yang bentuknya bulat, yang makna filsapatnya adalah bila ia numitis nanti mata atmanya dapat melihat dengan jelas tujuannya, serta mempunyai mata yang indah cemerlang.
6. Pada kedua lobang hidungnya masing masing ditutup dengan sekuncup Bunga Menuh dapat pula bunga melati yang belum mekar, yang makna simbolisnya, jika ia numadi/menitis kelak mempunyai nafas yang baik, penciuman yang tajam, menyatu, dan bau nafasnya senantiasa harum. Demikian kurang lebih/ kirang langlung, astungkara berfaedah.-
titiang metaken jro....yening sampun mewinten dados ten ....negen layon ?
ReplyDelete