Acap
kita bingung memang, tentang keyakinan untuk meyakini keberadaanNya, karena
secara tidak langsung membericarakan sesuatu yang kasat mata, maya gituw tapi
marilah kita sama sama percaya akan keyakinan masing masing, karena tidak
satupun diantara kita yang meyakini adanya Tuhan pernah jumpa dengan Tuhan.
Memang tiada terbantah disetiap kesusahan kita, kita senantiasa memanggil
mannggil Tuhan, tapi di saat Tuhan balik memanggil semua diantara tidak ada
yang mau memenuhi panggilanNya, manusiawi memang. Pada banyak media yang
dijadikan tuntunan oleh umat Hindu menerangkan bahwasanya yang disebut sebagai
dewa itu tiada lain merupakan ciptaan Tuhan itu sendiri terkecuali yang disebut
Dewa Maha Dewa sebagai Siwa. Dengan kata lain, dewa bukanlah Tuhan karena
diciptakan oleh yang menciptakan (Tat) karena hanya Tuhan sebagai pencipta,
dewa dijadikan dari sinar suciNya, karena sifatnyalah ciptaan Tuhan yang satu
ini disebut Dewa. Dalam kitab suci tuntutan umat Hindu juga ada dijelaskan
bahwa Tuhan itu melebihi sinarNya/Dewa atau dewa melebihi dewa Di sisi yang
lain juga ada kalimat ; Tuhan Yang Maha Esa berwujud dan bersemayam sebagai
para dewa, dan bersemayan pula pada berbagai media suci, dan Tuhan Nan Esa itu
abadi adanya Beliau adalah pelindung nan ulung serta mumpuni. Dari kesekian
nama dewa/sinar suciNya ada yang lumayan tenar karena saking pentingnya
penyebutan beliau dalam keseharian kehidupan manusia, riil ada Dewa Surya
sebagai saksi dalam setiap saat, ada juga Dewa Indra sebagai Dewanya Hujan
pemberi kesuburan di alam luas ini. Dewa Indra itu memiliki lebih dari dua
sebutan diantaranya Dewa Pati artinya raja dewa, Dewa Bajri artinya dewa yang
bersenjatakan bajra, Meghawahana artinya dewa yang berkendaraan awan, Mahendra
artinya Indra yang agung, Swargapati artinya raja kahyangan, diyakini sebagai
dewa yang bermata hebat maka disebutlah sebagai Mahksha/ Sahasrasa (dewa dengan
seribu mata). Konon dalam kitab suci Hindu yang yang bernama Weda, nama dewa
Indra itu sedemikian dominannya, hingga tercatat lebih dari 250 mantra yang
dipakai untuk mengagungkan Dewa Indra itu. Ketahuilah jua, kata indra itu asal
katanya adalah Ind dan dri yang artinya memberi makan. Ind juga berarti penuh
dengan tenaga. Sebagai dewa perang juga dewa Indra riilnya berputrakan Sang
Arjuna, disamping pernah meludeskan tiga benteng musuh dalam satu hujaman panah
sakti maka tenarlah dengan sebutan Tri Puramadhara/Tri Puramtaka. Dewa Indra
beristrikan Dewi Sachi/ Indrani gagah nian dengan kendaraannya berupa seekor
gajah Airwata.
Sekilas
ceritra tentang Dewa Surya ; nama asli dari Dewa Surya/ Dewa Matahari adalah
Wevaswat, beristrikan Dewi Samjna (baca : Samjina), adalah merupakan anak dari
Bhagawan Wiswakarma/Dewa Arsitek / Dewa Pertukangan. Dari pernikahannya dengan
Dewi Samjna, mereka dikarunia tiga orang putra-putri, masing~masing bernama :
Waiwaswata, Yama dan Yami. Akan tetapi, Dewi Samjna kemudian memilih pergi
meninggalkan suami dan ketiga anak-anaknya karena tidak tahan dengan panas
sinar tubuh suaminya. Dengan kekuatan gaibnya ia kemudian menciptakan seorang
wanita yang menyerupai dirinya. Wanita itu bernama Chaya, dan hampir tidak bisa
dibedakan satu sama lainnya, karena demikian miripnya. Samjna kemudian berkata
kepada Chaya ; ”Tinggallah di sini dan berpura-puralah menjadi Samjna. Pelihara
dan rawatlah anak-anakku : Waiwaswata, Yama dan Yami. Aku akan pergi ke rumah
ayahku. Jangan beritahu siapa pun bahwa kau bukanlah Chaya”. ”Aku akan
melakukan sesuai permintaanmu” jawab Chaya. ”Namun apabila suatu saat jika ada
seseorang yang berani menjambat rambutku, maka pada saat itulah aku akan
mengungkapkan rahasia ini”. Samjna kemudian pergi ke rumah ayahnya. Ketika dia
sudah cukup lama di sana, ayahnya menjadi curiga dan ingin tahu mengapa ia
tidak pulang ke rumah suaminya. Oleh karena itu, Samjna merubah wujudnya
menjadi seekor kuda betina dan mulai tinggal di sebuah kerajaan bernama
Uttarakuru. Sementara itu, Dewa Surya alias Wewaswat, telah memiliki seorang
putra bernama Savarni. Dalam hal ini, maka jelaslah, bahwa Chaya lah yang
melahirkan Sawarni. Namun dalam perlakuan ibunya itu, Yama (yang kemudian
menjadi Dewa Kematian) merasa dianak-tirikan. Yama yang masih kecil dan dalam
keadaan yang amat marah, kemudian menendang ibunya, dan Chaya pun berbalik
mengutuk Yama. Yama kemudian melaporkan kejadian itu kepada ayahnya, Surya.
Surya pun kemudian mengetahui, bahwa Chaya bukanlah ibu Yama yang sebenarnya.
Surya kemudian menjambak rambut Chaya karena marahnya, sehingga Chaya tidak
lagi bisa mengelak bahwa ia bukanlah Samjna. Surya kemudian pergi ke rumah
mertuanya, Bhagawan Wiswakarma, untuk mencari istrinya. Setelah ditelusuri
sebab-musababnya, ternyata Samjna terpaksa melakukan hal itu karena ia tidak
tahan oleh panas sinar tubuh suaminya. Maka Wiswakarma kemudian memotong
beberapa bagian sinar tubuh Surya, sehingga sinar Surya menjadi sedikit
berkurang.
Kemudian Surya mendengar bahwa Samjna telah berwujud menjadi seekor kuda betina, maka Surya pun lalu mengubah wujudnya menjadi seekor kuda jantan. Ia kemudian pergi dan menemui istrinya. Dalam wujud seperti itu, mereka kemudian mempunyai putra kembar, yang bernama Aswini kembar. Mereka juga dipanggil Nasatya dan Dasra.- Astungkara bermanfaat [ galah Sanicara Umanis Watugunung].
Kemudian Surya mendengar bahwa Samjna telah berwujud menjadi seekor kuda betina, maka Surya pun lalu mengubah wujudnya menjadi seekor kuda jantan. Ia kemudian pergi dan menemui istrinya. Dalam wujud seperti itu, mereka kemudian mempunyai putra kembar, yang bernama Aswini kembar. Mereka juga dipanggil Nasatya dan Dasra.- Astungkara bermanfaat [ galah Sanicara Umanis Watugunung].
No comments:
Post a Comment