|
Kuangen, serana sembahyang umat Hindu, karena kuangenlah Bali itu santhi |
Tiada tersangkal tanah Bali itu mayoritas penduduknya
beragama Hindu yang terkafirkan oleh mereka mereka yang yakin dalam matinya
nanti dijemput oleh para bidadari. Karena Bali itu termasuk dalam satu wilayah
negara NKRI maka sudahlah tentu siapapun dia yang mengakui Indonesia sebagai
bangsanya dapat hidup mencari penghidupan di tanah Bali utamanya para pemilik
modal besar yang belakangan ini medeskreditkan Bali = banyak libur, tapi kenapa
tetap memilih Bali sebagai tempat berpijak dan tempat mendirikan usaha
megahnya? Sudah tahu penganut Hindu Bali itu tergolong kafir tapi kenapa tetap bersaing di Bali demi menyambung Hidup?
Ironis nian dengan perlakuan saudara sebangsa yang terjadi di tanah Bali di
jaman now ini ; “ beberapa iklan
lowongan kerja perusahaan, baik di media konvensional juga online memuat
kebutuhan tenaga kerja dengan spesifikasi agama
non-Hindu. Sungguh demikian tebalnya muka para pemilik perusahaan itu beroperasi
juga cari keuntungan di tanah Bali, yang penduduknya mayoritas beragama Hindu,
dimana ekonominya tertopang riil oleh pariwisata budaya yang nyata-nyata
berlandaskan agama Hindu. Kami para
pekerja Hindu Bali tahu persis tujuan dari perusahaan itu ; agar terhindar dari
banyaknya permintaan libur naker Bali, dengan alasan upacara adat / agama “
a |
Tenaga kerja/naker Bali memang sering minta izin dengan alasan upacara adat, tapi ketahuilah Bali itu tenar dengan budayanya yang bertonggak kokoh pada aneka ritual keagamaan Hindu (Hindu Bali) |
|
Tenaga
kerja/naker Bali memang sering minta izin dengan alasan upacara adat,
tapi ketahuilah Bali itu tenar dengan budayanya yang bertonggak kokoh
pada aneka ritual keagamaan Hindu (Hindu Bali) |
Kami para penganut Hindu di Bali, dari sejak nguni
menghormati tanah yang kami pijak itu
senantiasa memberikan kedamaian serta kebahagiaan layaknya amertha bagi
semua orang, dan endingnya kamipun hormat kepada ibu pertiwi (tanah kelahiran),
kami para umat sedharma percaya bahwasanya tanah (ibu pertiwi) itulah yang
menyempurnakan berbagai keinginan manusia, untuk itu selalu ada do’a kepada ibu
pertiwi setiap melakukan aneka pekerjaan penting apa lagi menyangkut penghidupa/
pengupe jiwa (bhs.Bali). Ketahuilah jua tanah Bali itu sejak dahulu kala sudah
tenar ke manca benua dan negara bahkan mendahului Indonesia berkat keunikan dan
kekayaan budayanya. Kebudayaan yang tumbuh berkembang serta ajeg itulah rupanya
yang mengundang para orang-orang berduit tak tahu balas budi itu datang serta
mengais rejeki di tanah Bali, ironis memang. Jangan dikesampingkan juga, dalam
master plan pembangunan dan pengembangan ekonomi NKRI (MP3EI), Bali juga tertetapkan sebagai pintu
gerbang pariwisata nasional, bahkan tidak tanggung-tanggung karena peran Bali
bagi NKRI itu demikian besarnya maka oleh jajaran pemerintah RI berikutnya
terencanakan membangun sepuluh Bali baru di daerah lain, dalam wilayahnya NKRI.
|
Memang Bali itu banyak upacara keagamaan Hindunya, makanya terkenal dan dijadikan tempat mengais rejeki para orang-orang yang tidak tahu balas budi |
Kalau saja mereka semua melek, juga memahami sejatinya dalam
terlibat upacara adatpun para tenaga
kerja Bali (baca Hindu Bali) berkontribusi terhadap perekonomian bangsa.
Dengan terlihat aktif dalam aneka aktivitas budaya para naker Bali
secara tidak langsung telah memajukan perusahaannya, pada sektor apapun usaha
itu berjalan. Riilnya jika pada sektor pariwisata korelasinya lebih nyata
berdampak langsung pada inkamnya. Oleh
karena itu, setiap orang penanam modal neng Bali tentu harus dengan jantan
membayar harganya dengan menampung para tenaga kerja lokal yang notabene
beragama Hindu. Pahamlah dengan yang namanya desa kala patra, kearifan lokalnya
tanah Bali, atau dengan kata lain “ mengertilah dimana mereka berada, dimana
mereka mengais rejeki “ Pilahlah kapan saatnya mempekerjakan orang, dan kapan
waktunya mempekerjakan orang Bali beragama Hindu itu. Ingatlah pepatah tua
negeri besar ini “ dimana tanah (ibu
poertiwi) dipijak disanalah langit (bapa akasa) dijunjung “, Astungkara
kita semua saudara sebangsa saling faham serta saling menghargai dengan
endingnya saling menghormati, niscaya damai
itu teraih.
No comments:
Post a Comment