Kita semua yang ada di dunia ini tiada terkecuali
siapapun dia, amat mendambakan yang namanyanya kedamaian. Kedamaian itu
sejatinya adalah sebuah wujud rasa (perasaan tenang neng hati), rasa damai itu
akan ada jika kita semua senantiasa dalam keadaan selamat yang mana keselamatan
itu jati-jati atas karunia serta kehendakNya yang di limpahkan kepada para
umatNya yang sebelumnya memohon berkahNya lewat aneka untaian do’a, baik do’a
yang panjang atau do’a nan singkat serta dilandasi rasa tulus, rasa sujud dan
sejenisnya.
Tuhan itu maha segala, maha pemurah, maha pengampun,
dan kesekian ungkapan yang lain yang semuanya mengagungkan Beliau atas segala yang terjadi serta ada di alam fana
ini. Maha pemberi juga Beliau, dalam mendapatkan anugrahNya kita semua punya
cara masing-masing yang diyakini, diungkapkan lewat aneka bahasa misalnya
permohonan kepadaNya yang dilakukan oleh para orang-orang suci jelas beda
dengan yang lakukan oleh kita-kita kebanyakan. Yang jamak terjadi terlakoni di
tanah Bali oleh warga pribuminya yang notabene adalah penganut Hindu, hampir
keseluruhan permohonannya kepada Tuhan memakai kalimat singkat
“astungkara”. Tidak menampik dan juga
munafik dari keseluruhan para pemeluk Hindu (baca Hindu Bali), tahu persis apa
sejatinya makna, arti dari kata astungkara itu. Sesuai dengan ilmu yang di
bagikan di medsos Fb oleh beberapa cendekiawan Hindu mengatakan bahwa ; Astungkara
berasal dari kata ”Astu” dan ”Ongkara”. Astu artinya ”mudah-mudahan selamat”,
dan ”Ongkara” adalah huruf suci atau aksara suci Ida Sanghyang Widhi Wasa, yang
di dalam aksara Bali dilukiskan dengan ”angka telu” atau ”angka tiga” (”Ong”).
Jadi bila kedua kata ini digabung, menjadilah ”Atungkara”, yang mempunyai makna
; ”mudah-mudahan selamat atau semoga ada dalam keadaan selamat atas karunia Ida
Sanghyang Widhi Wasa”. Misalnya ; ...”Astungkara, karya puniki memargi antar”
... ”Astungkara, prasidha ngamolihang amertha”, dan sebagainya.
~ semoga bermanfaat ~
No comments:
Post a Comment