Lautan berlian budaya nan mungil centil itu memang jati-jati
memendam buanyak ragam corak budaya yang
sejujurnya dominan berbau Hindu, Hindu Pribumi Tanah Bali. Seantero jagatpun
tahu kalau di tanah Bali itu masyarakatnya mendiami ribuan desa, diantaranya
desa yang terkatagori desa Tua. Mungkin karena usianya yang sudah lama di
kesekian desa-desa tua di tanah Bali aneka kebudayaan nan mumpuni mampu ajeg
lestari. Lestari karena di pelihara dihormati disegani dan juga dilakoni dengan
penuh suka cita, diantara penyebabnya karena mereka itu cinta Hindu maka
kebudayaan yang bernuansa religius Hindu itupun mereka cintai. Kita menoleh ke
kabupaten tertimur tanah Bali, disana ada desa Timbrah yang telah sedemikian
terkenalnya hingga ke manca negara sana,diantara penyebabnya karena di desa Timbrah
itu ada lebih dari satu tradisi unik berbudaya tinggi mampu lestari, riil ada
Ngusaba Guling (Ngusaba Dalem). Ngusaba yang satu ini dilaksanakan setiap 420
hari sekali (memakai perhitungan sasih Bali/kalender Hindu), di saat hari Jum’at
Wuku Klawu berpanca wara Pon. Mungkin karena via tardisi ini memohon
kesejahtraan dan keselamatan kepada Betari Durga (saktinya Siwa) yang berstana di Pura Dalem,
maka tradisi ini di laksanakan di Pura Dalem Timbrah serta lumrah juga disebut
Ngusaba Dalem. Ngusaba Guling tersebut tiada lain merupakan persembahan yang
serana pokoknya berupa babi guling (be
guling), sebagai ucapan terima kasih dan rasa syukur warga adat Timbrah kepada Ida
Betara sesuhunannya atas limpahan karunia serta hasil bumi di Timbarh.
Sedemikian terkenalnya desa Timbrah itu, selain ngusaba
guling/ngusaba dalem di desa pekeraman Timbrah Karangasem juga ada tradisi
lainnya yang mampu lestari ; di antara kegiatan pelaksanaan usaba sumbu terselip juga suatu tradisi menarik, mabarang
namanya. Pada saat berlangsungnya
tradisis mabarang ini, berserana jempana (pralingga Ida Betara), dimana jempana
tersebut diperebutkan oleh para pemuda desa (truna adat Timbrah). Para warga
desa Timbrah meyakini tradisi mabarang tersebut
berupa bentuk visual Ida Betara Sesuhunan mesolah (mekenak-kenakan) /
bersenang-senang, di lain pihak para warga desa pekraman Timbrah juga ada yang
mengartikan terdisis mabarang itu sebagai memohon berkah Ida Betara yang
divisualisasikan dengan jempana, maka saat tradisi mabarang itu dilaksanakan
seluruh pemuda adat Timbrah berusaha untuk dapat menyentuh jempana, maka
larutlah mereka semua dalam suka cita. Mabarang itu, sarat dengan nilai luhur
warga desa Timbrah dengan Ida Betara sesuhunannya , mabarang juga sebagai
pengejawantahan penghormatan krama (warga desa) serta menjaga kelestarian
warisan budaya di Desa Pekraman Timbrah. Timbrah itu juga merupakan sebuah desa
budaya yang telah ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, serta
Pembkab Karangasem menetapkannya sebagai sebuah Desa Wisata.-
No comments:
Post a Comment