Jika hendak mencari berlian menyelamlah di lautannya berlian,
demikian juga jika hendak menemukan suatu budaya yang bernilai setinggi nilai
berlian menolehlah ke tanah Bali karena pulau yang menyandang nama Pulau Dewata
itulah lautan berlian kebudayaan, riil. Kebudayan itu buanyak ragamnya, contoh
kesusastraan juga tergolong suatu kebudayaan yang nyata-nyata dapat menunjukkan
seberapa majunya peradaban suatu daerah. Dari sejak nguni, para warga tanah
Bali telah melakoni seluk beluk dinamika yang tergolong kesusastraan itu. Dengan memperhatikan aneka hasil daya nalar
orang Bali yang mampu menghasilkan banyak ragam kesusastraan tradisional baik lisan juga tulisan, maka tergambarkan
orang-orang Bali itu ada pada tatarann orang berperadaban tinggi. Dari eranya
dulu, para intlektual Bali telah mampu menorehkan hasil karya seninya baik
berupa tulisan dan gambar pada beberapa media diantaranya yang lumrah mereka
gunakan adalah : lempengan tembaga,
dluwang ( kertas jawa dari kulit kayu), lembaran kulit kayu dan binatang, bilah
bambu, rotan, serta batu pipih. Hasil karya orang Bali yang telah di torehkan
pada suatu media misalnya daun ental/siwalan lazim dinamakan lontar. Dari
kesekian banyak lontar yang pernah tercipta oleh orang-orang Bali banyak
diantaranya hingga kini diwarisi sebagai salah satu bentuk benda pusaka,
disakralkan, karena nyata-nyata memiliki suatu kekuatan magis ( salah satu
jenis taksu Bali). Pada umumnya naskah beserta teks kesusastraan Bali tradisional tersebut nyata-nyata
mengandung berbagai ilmu pengetahuan berupa : ilmu filsafat, ilmu agama, ilmu
kebudayaan, ilmu sastra, ilmu arsitektur, ilmu pengobatan hingga ke ilmu
astrologi dan astronomi.
Adapun jenis media yang latah digunakan khususnya karya yang
bertipe gambar ( komik zaman lalu), memakai daun ental taluh. Adapun mekanisme
singkat pembuatan media tulis/ gambar berbahan daun ental adalah : Daunnya
ental dipetik dari pohon, lalu batang lidinya dari ujung hingga pangkal
dihilangkan, demikian juga bagian yang cacat dipotong dibuang.
Lembaran-lembaran daun ental tersebut lalu direndam 3 s.d 4 hari, kemudian diangin-anginkan
ditempat teduh hingga kering. Selanjutnya dibersihkan dengan serabut kelapa,
lalu dijemur dan direbus
berpelepahkan/air rebusan diisi daun
liligundi, gambir, dan kunyit warangan/kunir. direbus hingga mendidih dua kali,
lalu daun ental ditiriskan. Setelah kering digulung di taruh ditempat sejuk ,
kemudian dijepit dibuat rata hingga kurang lebih 10 hari. Masih dalam posisi
dijepit lalu dipotong sesuai ukuran yang
dikendaki. Selanjutnya direbus kembali selama 3 jam, diisi kulit pohon kelapa, kulit pohon kopi, pohon intaran sertab daun papaya
secukupnya, sebagai bahan pengawet alami. Terakhir, daun ental kembali
dikeringkan dan siap dipakai sebagai
media lukis dan tulis.
Sumber info : Kalender
bali 2017, oleh I Kt Bambang Gde Rawi (Alm) dan putra-putranya.
No comments:
Post a Comment