|
wilayah Desa Belimbing |
|
wilayah Desa Belimbing |
|
di kabupaten Tabanan ada Desa Belimbing, yang di sukai para wisman dan wisnu karena lingkungannya yang indah menawan sejuk serta asri lestari |
Semestinya yang paling dahulu merasa bangga adalah para
pemimpin akan keberhasilan suatu kelompok, atau wilayah atas pengakuan
orang-orang sekitar akan keberhasilan yang telah diraih. Walau pada riilnya
kebanyakan pemimpin acuh akan kepentingan anggautanya, lebih-lebih saat jabatan
terakhirnya ( contohnya Bali acap dinobatkan sebagai daerah tujuan wisata indah
berkelas dunia). Untukmembuktikan bumi itu bulat, setiap kita membicarakan
sesuatu hal tentu kita bicarakan yang baik-baik walaupun tidak yang tertop,
manusiawi saja. Di kolong langit yang
terkatagori baik itu diantaranya ada Bali, ya nusa kecil Bali yang beberapa
bulan terakhirnya masyarakatnya berjuang sendiri mempertahankan kelestarian
lingkungan tanah Bali nan indah asri, sendiri berjuang karena dirasakan bagai
anak ayam kehilangan induk (ini riil amat).
|
warga Desa Belimbing |
|
warga Desa Belimbing |
Bali tidak bisa hanya diam serta pasrah menghadapi aneka
serbuan investasi yang ujung-ujungnya hanya menguntungkan para kaum penjajah
dari warga sendiri. Dari sejak nguni,
sebut saja di era-era tenarnya Majapahit dengan patihnya nan berwibawa, warga
tanah Bali itu penghidupannya adalah
bertani (agraris), saat itu nusa kecil Bali menjadi bawahan Majapahit sejenis
provinsi ( setelah panglima meliter Bali Kebo Iwa membeberkan rahasia kesaktiannya
kepada Gajah Mada ). Di zaman yang serba instan dan menglobal serta perdagangan
dunia nan bebas, para petani Bali mestinya tertantang guna memperoleh
penghasilan yang memadai demi tegaknya ajeg Bali, agar pada langkah berikutnya
aneka ketergantungan pangan dari luar Bali tersetop. Niscaya jati petani Bali yang tangguh itu
akan bangkit. Tidak terbantah, resikonya sedemikian tinggi jika pertanian Bali
sampai tergusur oleh aneka kepentingan yang hanya berorientasi kepada uang,
karena uang bukan segala. Kapanpun itu, kalau pertanian sampai teringkari, maka
ajaran Hindu yang terjabarkan via Tri Hita Karana telah tidak dipergunakan
lagi. Yang jelas nampak di pelupuk mata, tanpa pertanian masa depan Bali akan
suram walau nyata-nyata ribuan rombong bakso sebagai penggantinya. Tidak
terbantah di era-era yang telah lalu sebut saja saat masanya orde baru amat
terasa, kalau pertanian itu sebagai salah satu penyangga strategis ketahanan
ekonomi Bali (misalnya era itu dibangun banyak serana irigasi besar dan kecil, misal
bendungan / dam ). Mudah-mudahan, kedepannya atas petunjuk dari para pemimpin
nan bijak pengelolaan subak dapat dioptimalkan, bukan diurug dengan aneka jenis
beton yang berbakukan padang/rumput dari Gresik,…………………. Semoga.-
No comments:
Post a Comment