Lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain juga belalangnya
demikian kata-kata yang acap terdengar pada keseharian kita di era-era panca
robanya moderninasi di seantero NKRI. Hingga kini NKRI telah memasuki zaman
batu akik setengah abad lebih yang lampau NKRI diproklamirkan dan para
masyarakatnya telah merasakan era
android dunia dalam genggeman istilah lain
lubuk lain ikannya, lain ladang lain juga belalangnya masih cocok untuk di
perdengarkan ke telinga para pendengar warga interaksi kita. Misal riil
penyebutan tanaman kelapa itu jika di Bali (khususnya warga Hindu Bali) lazim
mengatakan sebagai tumbuhan sekelas
“tanem tuwuh” karena sedemikian panjangnya usia tanaman kelapa itu.
kelapa / nyuh gading |
Janganlah munafik dan janganlah terlalu latah menyebut
“kafir” jika berbicara tentang Bali. Bali itulah Majapahit yang terakhir yang
mayoritas penduduknya beragama Hindu (Hindu nan taat), nusa kecil beraura
relegius tinggi lantaran taksu bali nan mumpuni. Dalam Hindu mengenal serana
upacara sekelas sesaji, di nusa kecil Bali “banten” namanya. Setiap ritual
keagamaan Hindu berserana banten, kebanyakan banten itu berserana kelapa (tanem
tuwuh) yang lumrah dipakai adalah buahnya, dari buahnya yang masih muda
(bungkak/klungah) hingga buahnya yang berusia tua/ nyuh tuh (bhs.Bali). Tidak
dinyana lagi, kelapa merupakan bagian penting dari upakaranya umat Hindu
(khususnya di Bali), misalnya setiap pembuatan banten daksina (pejati) wajib
pakai buah kelapa). Tidak terlalu salah jika ada yang mengartikan buah kelapa
itu sebagai simbul/ lambangnya para Dewa, atau ada juga yang mengartikan
sebagai lambing bumi. Tanaman kelapa itu buanyak jenisnya, di nusa kecil Bali
kelapa itu dinamakan “nyuh”, maka sebut saja : nyuh gading, nyuh bulan, nyuh
sudamala, nyuh bojog, dan sederet nyuh-nyuh yang lainnya. Salah satu kelapa/
nyuh yang acap digunakan dalam ritual Hindu neng Bali, sebut saja Nyuh Gading,
umumnya yang dipakai buahnya yang masih muda yang dinamakan bungkat/klungah.
Lazim disebut “bungkak nyuh gading/ klungah nyuh gading”, Kelapa gading memiliki filosofi sedemikian
besar di jajaran Hindu ; sebagai
penyomya/penetralisir kekuatan sad ripu, diyakini sebagai simbul kekuatan toya
(air murni/ yeh sukla), simbulnya kekuatan tirtha mahamertha (tirtha dari Dewa
Siwa), disimbulkan sebagai kekuatan
nyasa (baca niasa) kekuatan Dewa Pemelihara (Wisnu). Dengan itu dapat dikatakan
bahwa kelapa merupakan simbul para Dewa.
Diantara kesekian jenis kelapa ciptaanNya, umat Hindu neng
tanah Bali diantaranya memkai beberapa jenis saja sesuai peruntukannya, setiap
jenis memiliki kegunan khusus dalam setiap jenis ritual keagamaan ;
Bungkak nyuh gading sebagai suatu contoh, diyakini smbulnya Sanghyang
Mahahdewa serana permohonan tirtha Kundalini dan juga disetiap acara ritual
keagamaan potong gigi/metatah/mepandes wajib memakai bungkak nyuh gading
sebagai tempat air liur yang tercampur dengan asahan gigi, bungkak nyuh bulan
dengan warna putih gading simbulnya Sanghyang Iswara serana permohonan tirta
sanjiwani, bungkak nyuh gadang (kelapa hijau)
simbulnya Sanghyang Wisnu serana permohonan tirta Kamandalu, bungkak
nyuh udang yang lazim berwarna merah simbulnya Sanghyang Brahma berada di
Selatan serana memohon tirta pawitra, contoh lainnya bungkak nyuh sudamala
simbolnya Dewa Siwa di tengah letaknya serana memohon tirta Mahamertha.
Disamping sebagai serana ritual keagamaan keseharian rutin (reguler) aneka
bungkak/klungah itu jika di nusa kecil Bali, tidak jarang acap dikaitkan dengan
dunia mistik bermakna sebagai kekuatan magis mistik. Diyakini sekali, secara
tidak langsung semua kelapa utamanya bungkak/klungahnya yang telah melewati
sebuah rangkaian upacara telah mengalami berbagai macam penyucian, penyupatan
hingga ke pasupati (mepasupati) sehingga memiliki energi dewata ( energy positif/
energi baik). Oleh sebab itulah para
usadawan/ dukun/ balian (bhs. Bali) acap memakai bungkak/klungah sebagai serana
pokok untuk pengobatan, dengan keyakinan yang tiada diraagukan bahwa
bungkak/klungah itu telah diberkati para Dewa serta memiliki power tinggi
sebagai pengusir/penetralisir aneka kekuatan negatif, utamanya aneka penyakit
yang disebabkan oleh ilmu hitam.
NB : Kelapa = Nyuh (bhs.Bali)
No comments:
Post a Comment