Keyakinan/ajaran Hindu di Tanimbar itu diyakini berasal dari Tanah Bali
Dari sejak lampau dalam hitungan waktu yang tidak pasti dan
tercatat para penghuni dataran kepulauan yang keloktah bernama Nusantara
merupakan orang-orang agraris tulen, dan juga terkenal sebagai pelaut nan
ulung. Disamping itu ada suatu hal yang tidak dilupakan warga sejagat jika
sedang membicarakan tentang orang-orang Nusantara, yakni tentang keimanannya
yang sedemikian tangguh lantaran merupakan sekelompok orang-orang taqwa
akanNya. Suatu contoh riil, ada daerahnya Nusantara (sekarang NKRI) di kawasan
timur sana, sebuah desa yang bernama Tanimbar Kei, dari sejak nguni katakanlaah
sebelum kerajaan Majapahit jaya warganya telah sedemikian percayanya akan
berbagai benda sakral, dan mereka amat
percaya serta menaruh hormat kepada roh
para leluhurnya yang mereka namakan mitu. Waktu merangkak, saat kerajaan besar
Majapahit berkuasa hingga di kawasan Malaku, kian kukuhlah keparcayaan
orang-orang Tanimbar Kei akan adanya Sang Pencipta, dan keyakinan mereka sudah
bernama Hindu.
Konon sesuai hikayat yang ada di Tanimbar Kei, nenek moyang
orang Kei asalnya dari tanah Bali (Pulau Dewata, dalam tutur tidak dijelaskan di Pulau Bali bagian mana Karangasem, Buleleng, Negara/jembrana, atau daerah mananya.), mereka menamakannya Bal
(Bali). Kala itu perhitungan waktu belum memasuki tahun seribu Sembilan ratusan,
berangkatlah / mengarungi laut sekelompok orang Bali kearah matahari terbit,
salah seorang dari mereka merupakan anak paling kecil (bungsu) Ketut namanya,
Ketut kebetulan orangnya tergolong orang
spiritual. Dalam hitungan waktu merekapun dengan selamat sampai di wilayah
Maluku bagian tenggara, bersandar berlabuh disebuah pulau kecil, pada sebuah
desa yang bernama Letvuan. Haripun bertambah ke hitungan bulan, maka disepakati
pulau kecil itu dijadikan suatu pusat pemerintahan tempat dikembangkannya
sebuah hukum adat Darah Merah Tombak Bali ( larvul ngabal), bukti kongkrit
lainnya yang menyatakan daerah Tanimbar Kei (Kei Kecil) ada hubungan dengan
Bali dengan di lestarikannya suatu tempat berlabuhnya perahu-perahu kerajaan
era itu yang dinamakan Bal Sorbay (Bali-Surabaya).
Rupanya kelebihan dibidang spiritual yang dimiliki Ketut saat
itu tidak di pergunakannnya sendiri, Ketut mengajarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan keyakinan (baca
Hindu) kepada para warga di Tanimbar Kei (Kei Kecil). Dilingkungannya Ketut
dikenal dengan sebutan Tebtut beristrikan wanita Tanimbar Kei. Adapun desa
Tanimbar Kei sekarang merupakan wilayah kecamatan Kei Kecil Barat,Kabupaten
Maluku Tenggara, Provinsi Maluku. Terbagi jadi dua lokasi perkampungan yakni
atas dan bawah. Kampung atas, sesuai namanya ada di atas sebuah tebing
merupakan sebuah perkampungan yang amat disucikan/ disakralkan oleh warga Hindu
di Tanimbar Kei. Di Kampung atas itu ada berbagai jenis peninggalan : rumah
adat, arca yang dinamai wadah, beraneka gelang berbahan timah, tembaga, emas,
serta uang bolong/pis bolong (bhs.,Bali) mereka menamai uang gobang, yang mana
uang bolong/uang gobang ini amat berperan disetiap ritual adat persis nian
dengan ritual keagamaan Hindu di Bali berserana uang bolong (pis bolong). Rupanya
jauh berlayar dari Bal (Bali) hingga ke Malaku Tenggara akhirnya para
keturunannya dengan tertatih-tatih melanjutkan suatu keyakinan dari sejak nguni
hingga berhasil mewujudkan sebuah tempat suci merupakan replika surga yang
disebut pura, maka kian nyata ada benarnya pepatah lama : di mana bumi dipijak
disana langit dijunjung.
Di sarikan kembali info dari internet yang mengglobal.
No comments:
Post a Comment