Desta/Jiyestha dan Sada itu adalah merupakan sebagian
nama-nama bulan yang dipakai oleh penganut Hindu dalam menentukan hari baik/ayu
atau sebaliknya buruk, untuk
melaksanakan segala jenis pekerjaan yang dikatagorikan penting, utamanya dalam
rangka pelaksanaan yadnya ( misalnya Manusa yadnya, Butha yadnya, Pitra
Yadnya). Dalam perhitungan Hindu itu tidak semua hari dianggap baik dan tidak
juga semua hari dianggap buruk ( baik buruk hari selalu disesuiakan dengan
peruntukannya dengan kata lain baik untuk …… dan buruk untuk ….. ).contohnya,
saat sasih kesanga buruk melaksanakan acara manusa yadnya utamanya pernikahan,
tapi baik nian untuk upacara butha yadnya.
Umat Hindu (khususnya Hindu Bali), latah memakai pedoman
beberapa kalender (baca cara menghitung hari), yang kesemuanya disebabkan
berkaitan amat dengan aneka ritual keagamaannya. Diantaranya memakai sistim :
Chandra pramana (lunar system), surya premana (solar system), Surya-chandra (luni solar system), wuku
(pawukon). System Chandra pramana itu
adalah perhitungan waktu yang dibutuhkan bulan mengelilingi bumi. System surya
pramana sama dengan waktu yang perlukan bumi mengitari mentari. Selanjutnya
system surya-chandra, berupa gabungan antara system surya premana dengan
Chandra premana lazimnya disebut system Chandra premana mengikuti surya premana
dunia internasional membilang : Luni-solar system. Dan sytem wuku (pawukon)
merupakan perhitungan waktu berdasarkan putaran pawukon (30 nama wuku),
terbanyak dipakai saat menentukan ala-ayuning dewasa tapi tetap sasih yang
terdominan, berulangnya siklus ini setiap 210 hari ( 1 semester), sehingga
setahun wuku lamanya 420 hari.
Dalam Hindu mengenal
tahun saka, perhitungannya surya premana (solar system) dengan bulan kepertama
dan selanjutnya : Cetra, Waisaka, Jiesta, Asada, Slawana, Badrawada, Asuji,
Kartika, Margasira, Posya, Magha, dan
Palguna. Pada hitungan Hindu di system Chandra Premana nama
bulan/sasihnya : kaesa/kasa, Karo, Ketiga, Kapat, Kelima, Keenem, Kepitu, Kewolu/Keulu,
Kesanga, Kedasa, Desta/Jiyestha, dan Sada. Karena aneka kepentingan umat Hindu
dalam menentukan hari baik dan hari buruk (ala ayuning dewasa) jadi latahlah
dipakai gabungan system surya premana dan Chandra premana (Surya-Chandra
premana) terkait erat dengan aneka ritual keagamaan misalnya Tawur Agung
Kesanga (Pengerupukan) dan Nyepi (tahun baru saka). Karena dipadukannya dua
system tentu ada ketimpangan, dalam hal ini ketimpangan waktu berupa lebih dan
kurang. Ketimpangan yang ada disolusikan
dengan mengadakan pengerepeting sasih ( nampih sasih), maka ada tahun-tahun
tertentu bersasih tiga belas tepatnya setiap tiga tahun sekali. Ini terjadi
karena, selisih waktu Surya premana dengan Chandra premana per tahunnya adalah
sepuluh hari, jadi dalam kurun waktu tiga tahun jumlah selisih itu jadi tiga
puluh hari ( sebulan ). Yang lazimnya bulan ke tiga belas itu diadakan pada
sasih Desta/Jiyestha atau Sada ( Saat –saat diberlakukannya perhitungan nampih
sasih ada sasih Desta/Jiyestha diikuti sasih Mala Desta/Mala Jiyestha atau
sasih Sada diikuti sasih Mala Sada). Sasih tambahan (sasih ketiga belas) itulah
dinamakan Sasih Mala Desta/Mala Jiyestha atau Mala Sada.
Untuk memperhitungkan dalam tahun tertentu nampih sasih atau
tidak, memakai perhitungan yang baku umumnya telah terjadi kesepakapan antara
para ahli kalender (khususnya kalender Bali). Perhitungannya tahun saka dibagi
19, dan yang menentukan adalah sisanya : 0, 2, 4, 7, 10, 13, 15, dan 18. Maka pada tahun-tahun tersebutlah dilakukan
pengerepeting sasih / nampih sasih. Contoh di tahun masehi 2016 saka 1938
terjadi nampih sasih maka ada sasih tambahan Mala Desta/Mala Jiyestha, tiga
tahun kedepannya pada saka 1941 tentu nampih sasih lagi.
Disarikan dari berbagai sumber.
No comments:
Post a Comment