Aliran kepercayaan tentangNya yang menamakan dirinya Sanatanadharma yang
nyata-nyata merupakan sebuah ajaran yang meyakini bahwa ada kuasa yang lain
selain kuasa manusia, dan tertua di kolong bumi namanya Hindu. Faham Hinduisme
demikian ada yang membilang, faham ini meyakini seyakin-yakinnya bahwasanya
dahulu kala sebelum dunia tempat kita memadu kasih ini diciptakanNya hanyalah
ada yang namanya Sanghyang Embang Nan Maha Tunggal.
Ketahuilah sesuai keyakinan/ ajaran Hinduisme,
diibaratkan kalau kita menghitung tentunya asal mula hitungan adalah nol/kosong,
konon pada zaman itu belum ada yang namanya matahari, bulan bintang, dan
kesekian jenis benda-benda langit yang lain, ajaran Hindu meyakini hanya ada
Sanghyang Embang Yang Maha Tunggal. Diyakini beliau Maha Besar memenuhi alam raya yang luasnya tiada terbatas, namun
diyakini juga beliau Maha Kecil, sehingga bisa longgar di lubang yang paling
kecil. Ketika itulah diyakini oleh umat Hindu segalanya bersifat sempurna juga
suci karena tidak ada yang lain selainNya. Dalam ajaran Hindu keadaan inilah yang
dilukiskan dengan aksara utama windhu yang berarti kosong. Maka terlukiskanlah
Sanghyang Windhu yang mana suaranya tiada ubahnya telinga ditutup rapat-rapat,
Windhu sesuai ajaran Hindu juga punya arti Kawi, jadilah Sanghyang Kawi. Karena
bermakna kosong, beliau seakan-akan tidak ada namun sejatinya merupakan kosong
yang penuh, ada dimana-mana setiap waktu tanpa asal mula dan tidak
terbatas.Oleh umat Hindu disini, beliau kemudian disebut Sanghyang Widhi Wasa (
Tuhan Yang Maha Kuasa ), beliau diyakini memiliki sifat yang serba Maha.
Kisah selanjutnya, sesuai keyakinan Hindu beliau yang
serba Maha itu melakukan yoga semadhi, dari yoga Beliau yang tuntas terciptalah
Sanghyang Licin / Sanghyang Eka Aksara yakni Ongkara. Selanjutnya Sanghyang Eka
Aksara beryoga, terlahirlah Sanghyang Purusa Pradhana / Hawa dan Adam/ positip
negatip.. Keduanya itu umat Hindu
menamakan Sanghyang Akasa dan Pertiwi / rwa bhinneda / baik dan buruk/ suka dan
duka. Dalam aksara suci digambarkan dengan dwi aksara ( ang dan ah ). Sanghyang
Dwi Aksara beryoga, terlahirlah Sanghyang Tri Purusa (Siwa, Sadha Siwa, dan
Parama Siwa ) dalam wujud tri aksara digambarkan dengan Ang (Brahma), Ung (Wisnu), Mang (Siwa).
Sesuai keyakinan Hindu pula ketiga namaNya itulah yang menciptakan alam semesta
beserta isinya, memelihara, dan juga mengembalikan keasal mula/ keasal
pembentuknya. Sanghyang Tri Aksara beryoga terciptalah Sanghyang Catur Windhu Dewa,
demikian seterusnya hingga alam raya ini menjadi sempurna dan seimbang. Hindu
meyakini pada masa terjadinya ciptaanNya / srsti alam ini diciptakan secara perhahan/evolusi
dan terakhir dariNya kembali kepadaNya (saat pralaya/kiamat). Tiada ubahnya di
alam fana ini Silaba-laba pada saat srti
mengeluarkan benang jaringnya dari badannya sendiri, dan akhirnya menarik
kembali kedalam dirinya sendiri pada saat pralaya (urna nabhawa).
Sumber bacaan : buku apadesa
thn.1978.
No comments:
Post a Comment