Yang dinamakan aci di
kalangan penganut Hindu khususnya Hindu di tanah Bali adalah prosesi keagamaan
/ rangkaian upacara keagamaan. Jamak orang tahu hampir keseluruhan acara
keagamaan di tanah Bali menarik bagi para wisatawan yang mana kesemuanya
nyata-nyata merupakan pelengkap budaya Bali. Singkat kata semua kegiatan keagamaan yang di
adakan di Bali oleh para penganut agama dominannya pasti menarik diantaranya
ada : ngaben, piodalan, melasti, dan aneka jenis aci yang lain.
Diantara jenis aci yang
diadakan oleh warga tanah Bali (baca Hindu Bali), pada daerah-daerah tertentu
di tanah Bali umumnya penyelenggaraannya sesuai dengan rutinitas, jadi dengan
demikian berkesinambunganlah jadinya (lestari). Salah satu wilayah tanah Bali
yang rutin menggelar aci setiap tahun adalah Desa Ababi Karangasem dengan aci
angayu-ayu. Setiap tahun digelar, tapi angayu-ayu yang besar/lengkap di gelar
dua tahun sekali bertempat di Pura Puseh dan Pura Desa. Kala prosesi aci angayu-ayu dilaksanakan,
terlakoni juga ritual keagamaan yang unik/langka yakni “ngiyang-hyang”, mendak/menjemput Ida Batara
Ngerurah Sakti di Pura Laga, Desa Nawa Kerti. Sehari sebelumnya di adakan
prosesi nyuwung, guna member kesempatan pada warga/krama ngaturang banten kala Ida Batara keaturan
melinggih. Di kala nyuwung itulah digelar parerejangan / tarian rejang oleh
anak-anak. Tentang Ngiyang-hiyang bermakna : Ida Batara keiring/ diantar tedun
mececingak (melihat wilayah desa pakraman beserta semua isinya). Dipercaya saat
itulah Ida Betara memberi anugrah/rahmat
kepada para warga. Saat ngiyang-hyang itulah para warga/krama memundut/membawa
lebih dari lima puluh pralingga berupa jempana dan puluhan lingga ngadeg, krama
pemundut bersorak-sorai gembira ria mengiring Ida Betara mesucian ke pesucian
Pura Tirta Jepun yang ada di sebuah lembah di tengah sawah.-
Sumber
bacaan : majalah Bali Post 110.
No comments:
Post a Comment