sebelum pengantin berangkat ke rumah mempelai wanita/laki-laki, upacara pecaron dewasa dilangsungkan |
Umat Hindu khususnya umat Hindu Bali, dalam melaksanakan
aneka prosesi keagamaanya pasti memperhatikan
yang namanya hari baik karena dalam perhitungan kalender umat Hindu ada yang
namanya dewasa ayu dan dewasa ala/buruk. Misalnya jika hendak mengubur/
mengaben orang meninggal pantang benar
jika suatu hari berisi yang namanya semut sedulur, kala gotongan, atau petirtan
pada pura setempat. Contoh lainnya jika hendak melangsungkan pernikahan/wiwaha
umat Hindu tentu akan menghindari hari yang berisi rangda tiga, dan aneka
kegiatan lainnya semisal jika hendak
mengatapi (ngeraabin) rumah baru akan dihindari yang namanya kala brahma. Jika
membeli barang-barang dari besi akan dihindari yang namanya pepedan, jika
membeli pancing akan dicari kala caplokan, membeli bibit babi/kucit dicari pasah
paniron, serta yang lainnya.
sebelum pengantin berangkat ke rumah mempelai wanita/laki-laki, upacara pecaron dewasa dilangsungkan |
Demi mendapatkan dewasa yang benar-benar mulus tiada cela
merupakan sesuatu yang tiada mungkin,
maka dari itu untuk bisa berlangsungnya suatu prosesi keagamaan misalnya
pernikahan/wiwaha cukuplah ditimbang agar nilai baiknya lebih banyak dari nilai
buruknya. Umat Hindu mengenal yang namanya pamarisudaning dewasa keloktah
dengan sebutan pecaron dewasa, dengan tujuan semua yang buruk dapat dipunahkan
atau tidak berpengaruh buruk yang berarti. Pemarisudaning dewasa ini khusus
untuk prosesi yadnya yang terbilang penting/sekala besar : potong gigi, wiwaha,
ngaben. Pecaron dewasa yang paling
sering dipakai adalah saat menjelang dilangsungkan upacara pernikahan/wiwaha.
Sebelum hari tepat dipilih dan upacara/upakara pecaron dewasa
dijalankan umumnya umat Hindu juga memakai perhitungan : wewaran alah dening
wuku, wuku alang dening penanggal/pangelong, penanggal/pangelong alah dening
sasih, sasih alah dening dawuh/waktu tertepat, dawuh alah dening tryo dasa
saksi. Upacara pecaron dewasa umumnya di haturkan oleh pemangku/orang suci atau
yang memuput karya dengan jenis upakara semisal : pras penyeneng, daksina,
sodan putih kuning, iwak meolah, sga akuskusan, iwak bawi ekarang. Peras sesantun,
dan yang lainnya.-
No comments:
Post a Comment