Sunday, September 29, 2013

“ Pentingnya babad “



 Yang namanya pulau Bali itu sesungguhnya menyimpan banyak rahasia, walau nyata mereka tahu Bali terkenal adalah karena budayanya yang luar biasa bagus. Di Bali juga ada beberapa jenis keyakinan dalam artian masyarakat Bali itu amat percaya jika sesuatu hal itu amatlah penting  apalagi mereka temui sejak kemarin dulu, misalnya tentang “kawitan”. Sebagian besar bahkan dapatlah dikatakan semuanya, semua masyarakat Hindu Bali memiliki kepercayaan yang kuat, bahwa jika belum mengetahui kawitan-nya bisa kualat. Tidaklah sedikit mereka yang keluarganya berantakan konon gara-gara belum mengenal/menjumpai kawitan. Tidak sedikit jua orang bangkrut juga konon gara-gara belum menemukan kawitan, banyak juga yang sakit-sakitan lantaran sisip/iwang/salah terhadap kawitan.

Bila kita berbicara tentang kawitan, identiknya kita berbicara/mengenang/memuja leluhur, yang namanya lelulur itu memanglah penting tiada terpungkiri. Terbukti, hal itu tersirat dan juga tersurat dalam suatu kekawin Ramayana Sargah pertama bait ketiga ;  Gunamanta Sang Dasaratha, Wruh sira ring weda bhkati ring dewa, tar malupeng pitra puja, masih ta sireng swagotra kabeh    [ Sang Dasaratha adalah seorang gunawan, mengetahui dan faham kitab suci weda serta berbakti kepada dewa (Tuhan), tidak pula lupa memuja leluhur , beliau amat mencintai keluarga dan juga semua rakyatnya  ].

Guna mengetahui riwayat leluhur lebih jauh, memang tidak ada sumber tertulis selengkap babad. Bagi para cendekiawantradisional babad dipandang sebagi sebuah sejarah, bagi para cendekiawan akademis babad dipandang sebagai sejarah tradisional, ada yang menyebut semi sejarah dan ada pula yang menyebut legenda. Hampir semua etnis di Nusantara ini memiliki sejarah tradisional sejenis babad, istilah babad dikenal dan dipakai oleh masyarakat Jawa, Bali, dan Lombok. Dikalangan etnis Sunda, Jawa Barat kisah serupa disebut cerita, sedangkan etnis Aceh menyebutnya hikayat, kalau di Kalimantan catatan sejarah itu disebut kronik, dan etnis Minangkabau menyebutnya tambo.

Setiap sesuatu hal apalagi yang namanya ceritra turun-temurun (babad) tentulah ada ahlinya/pakar. Dari kesekian banyak ahli babad, salah satunya adalah “Jro Mangku Gde Ketut Soebandi” (almarhum), beliau dulu tinggal di Denpasar. Banyak orang yang acap mendatangai beliau ada masyarakat biasa, pejabat, dan juga bangsawan (mungkin karena keterangan beliau dapat mereka percaya). Ada juga informasi ( sesuai halaman X, buku yang berjudul babad pasek, seri babad bali), bahwa Ibuk Megawati Soekarnoputri , sebelum menjabat sebagai presiden, juga menganggap penting menemui serta berkonsultasi dengan  ahli babad yang satu ini. Mungkin saja ibuk Mega, ingin mengenal lebih jauh leluhurnya di Bali. Guru Soebandi, demikian  beliau acap disebut  menjelaskan bahwa ibu Megawati setelah ditelusuri sejarahnya, adalah warga pasek.---


Sumber  : buku babad pasek, seri babad bali.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini