Sunday, August 18, 2013

Ada kalanya tajen itu harus diadakan



Yang namanya tajen hampir semua orang tahu, bahwa tajen atau sabungan ayam itu adalah salah satu dari kesekian jenis judi yang ada. Namanya saja judi tentulah dilarang, jika melaksanakan/menggelar judi maka sanksinya adalah hukuman. Namun walau demikian adakalanya yang namanya tajen itu harus dilaksanakan karena alasan dan  serta pertimbangan yang prinsip dan masuk akal. Diantara tempat yang ada di tanah Bali, ada suatu wilayah mengharuskan tajen itu wajib di gelar dan itupun pada waktu yang tertentu juga.


Tersebutlah, Banjar Dukuh desa Tiyinggading kecamatan Selemadeg Barat, para warganya tidak berani jika sampai tidak mengadakan tajen tiga hari menjelang Hari Raya Galungan (Minggu Dungulan), tempat yang diambilpun tidak lain adalah di jaba Pura Dukuh. Jika yang namanya tajen tidak di adakan maka pada penampahan Galungan mereka akan membuktikan hal yang buruk akan mereka alami. Pernah suatu ketika bahkan dua kali telah terbukti, yang namanya tajen tidak mereka gelar maka yang mereka alami, babi yang dipotong oleh masyarkat setempat mengeluarkan ulat dan dagingnya membusuk. Sejak kejadian itu mereka tidak pernah berani lagi untuk tidak mengadakan tajen di Pura Dukuh.


Yang menjadi penyebab tajen di Pura Dukuh wajib diadakan menjelang Hari Raya Galungan adalah, terkait dengan sesangi (janji) para tetua kampung saat tertimpa gerubug (bencana serangan hama). Konon pada tahun lima puluhan , leluhurnya pertama kali menempati areal hutan yang kini dinamakan Banjar Dukuh, berawal dari kata pedukuhan/pemondokan. Leluhur mereka merabas hutan untuk tempat memondok dan areal kebun, yag mana pada awalnya cuma ditempati oleh tiga kepala keluarga. Lama kelamaan tersebar berita bahwa di tempat yang terbilang angker (tenget/bhs.Bali) itu, telah ada orang yang berani menempati maka datanglah dua kepala keluarga lagi untuk turut bermukim di sana. Sejalan dengan waktu yang berlalu, lambat laun akhirnya di tempat itu berdirilah bebarapa pemondokan dan akhirnya lokasi itu dinamai padukuhan dan berubah menjadi Banjar Dukuh. Singkat cerita di Januari seribu sembilan ratus enam puluh dua, lima orang tetua kampung yang menempati pedukuhan membangun palinggih Pura Dukuh, tentunya demi keselamatan mereka bersama.--

Sumber : majalah tabanan serasi, edisi 19 maret 2013.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini