Bhuta yadnya/caru, rutin dilaksanakan oleh Umat Hindu |
Betapa senangnya hati kita semua jika yang namanya seimbang terwujud, keseimbangan dapat tercipta di alam maya pada ini. Seimbang dalam artian stabil yang akhirnya memunculkan suatu kedamaian. Demikian juga dengan alam, keseimbangan alam senantiasa hendaknya kita jaga bersama demi kita bersama tentunya.
Umat Hindu mengenal yang namanya sloka, pada sloka-sloka
itulah tersurat jelas tentang apa yang mesti umat lakukan demi kebaikan.
Tentang menjaga keseimbangan alam raya ini juga ada pada beberapa sloka, bahwa
kewajiban manusialah untuk selalu bersikap seimbang antara berbakti kepada
Hyang Widhi, mengabdi pada sesama, dan menjaga alam lingkungan berdasarkan
yadnya (pengorbanan suci). Hubungan berdasarkan yadnya inilah yang lumrah
dikenal dengan sebutan “Tri Hita Karana”. Salah satu wujud pengamalan Tri Hita
Karana adalah senantiasa menjaga keseimbangan alam sebagai wujud hubungan
Bhuana Agung dengan Bhuana Alit. Dalam hubungannya dengan konsep Tri Hita
Karana ada upaya-upaya penyeimbangan hubungan alam raya (bhuana agung) dengan
manusia (bhuana alit), dengan mewujudkan keseimbangan yang harmonis, umat Hindu
(khususnya Hindu Bali) secara rutin melaksanakan ;
a.
Upacara
Bhuta Yadnya, upacara bhuta yadnya dalam kontek komunikasi dengan mengharmoniskan
hubungan bhuana agung dengan bhuana alit, upacara yang dipakai dalam bhuta
yadnya disebut “caru” yang bermakna sebagai sarana komunikasi guna
menyelaraskan hubungan bhuana agung dengan bhuana alit.
b.
Upacara
Tumpek Landep/Tumpek Pengatag/Tumpek Bubuh, upacara ini adalah suatu
persembahan yang terselenggara secara rutin tiap 210 hari sekali, tepatnya 25
hari menjelang Hari Raya Galungan, merupakan suatu persembahan kepada Hyang
Widhi dalam manifestasinya sebagai wujud bhakti kehadapan Sang Hyang Sangkara,
dan suatu pernyataan rasa terima kasih atas karuniaNya memberikan keseimbangan
alam raya dan tumbuh-tumbuhan maupun kecukupan sandang pangan, sebagai wujud
dari keseimbangan bhuana agung dan bhuana alit.
c.
Upacara
Tumpek Uye/Tumpek Kandang : upacara ini adalah suatu persembahan yang tibanya
juga setiap 210 hari sekali merupakan suatu hari raya yang berdasarkan pawukon,
merupakan suatu persembahan kehadapan Hyang Widhi dalam manifestasinya sebagai
wujud bhakti kepada Sang Hyang Pasupati/Rare Angon, dan suatu pernyataan rasa
terima kasih atas karuniaNya, memberikan suatu keseimbangan terhadap mahluk
hidup terutama untuk semua jenis binatang (hewan), yang merupakan kelengkapan
dari keseimbangan bhuana agung dan bhuana alit.
No comments:
Post a Comment