Tuesday, April 16, 2013

Rimpu sejenis jilbab, “tradisi yang bertahan”


Rimpu, demikian nama benda itu merupakan jilbab yang nyata-nyata asli jilbab suku Mbojo, Bima. Dahulu rimpu merupakan pakaian tradisional para perempuan Mbojo, yang dipakai layaknya jilbab sekarang.  Pemakaian rimpu merupakan suatu tradisi warisan nenek moyang masyarakat Mbojo, dulunya selalu dipakai kemanapun mereka pergi, begitu turun dari tangga rumah rimpu selalu dikenakan.

Selain berfungsi sebagai jilbab, rimpu juga menjadi pelindung terutama dari perubahan cuaca yang kerap mengganggu. Para wanita Mbojo akan terlindung dari sengatan matahari atau dari pandangan langsung para lelaki yang bukan muhrimnya, karenanya rimpu menjadi amat penting untuk dikenakan. Memakainya amatlah mudah dan sederhana, kain atau sarung khas Mbojo yang disebut “nggoli” bisa langsung disampirkan berkali-kali di kepala tanpa harus diikat. Demikian pula “sanggentu tembe (mengenakan sarungnya), tinggal dibelit tanpa perlu pengikat. Rimpu juga bisa berfungsi sebagai mukenah (pakaian sembahyang), asal bersih dan suci  serta dilengkapi dengan sanggentu tembe sebagai sarungnya.

 Memang tidak terpungkiri kini di zaman yang dapat dikatakan modern dan di era reformasi yang kebablasan ini, agak jarang yang memakai rimpu namun “tidak hilang/tetap bertahan”. Rimpu masih sering dikenakan terutama bagi mereka yang telah menikah, rimpu merupakan simbol yang kuat  sebagai sebuah identitas. Misalnya untuk mengetahui perempuan Mbojo masih gadis atau telah menikah.  Bagi mereka yang masih gadis dapat diketahui dari caranya memakai rimpu, umumnya memakai rimpu mpida dan yang telah menikah memakai rimpu colo.  Rimpu mpida semacam jilbab yang dilengkapi dengan cadar sehingga yang kelihatan hanya bagian mata saja. Dan rimpu colo, dikenakan layaknya jilbab biasa tanpa cadar, sehingga semua wajah kelihatan, rimpu colo hampir tidak ada bedanya dengan jilbab sekarang, hanya saja kalau rimpu menutupi semua anggauta badan dengan sempurna. Dikala berduka, ada keluarga yang meninggal yang namanya rimpu ala di pergunakan, terutama saat mengantar jenazah. Rimpu ala pemakaiannya tidak  sebiasa rimpu mpida ataupun rimpu colo.Kini pemakai rimpu masih banyak ditemui di pasar-pasar tradisional, karena pemakaian rimpu dapatlah dikatakan merupakan suatu tradisi yang kuat makanya mampu untuk bertahan. Satu bukti nyata Indonesia/Nusantara walau nyata jadi negara lima besar terkorup di dunia kaya budaya, dan juga kaya akan berbagai tradisi.---

Sumber  : tabloid/koran tokoh 15-21 april 2013.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini