Tuesday, April 16, 2013

Bukan lucu namun langka (dunia pendidikan)



 Banyaklah kisah, banyaklah cerita, banyaklah berita tentang dunia pendidikannya Indonesia, bukan Indonesia namanya bila tidak banyak halnya. Dari hasil SDM yang tiada memadai, perifikasi guru yang terkesan dipaksakan dalam artian semua guru harus lolos sertifikasi walau harus dengan menombok para penguji, di sisi lain sedang ngetren tertundanya UN di Bali setingkat SLTA lantaran soal belum siap (sebuah dagelan pendidikan yang tiada lucu akibat kebijakan yang tyada bijak memaksakan kehendak menerapkan 20 paket soal plus 20 barcode), sedikit berupa dagelan memang namun bukannya lucu amat tetapi langka sudah kakek ikut ujian paket C, maka terterapkanlah teori “ kejarlah ilmu hingga ke liang lahat”


TEMPO.CO, Depok - Usaha mengejar ilmu memang tak mengenal usia, seperti sebuah ungkapan "kejarlah ilmu sampai ke liang lahat". Begitulah yang dilakukan Abdullah Sani, 69 tahun, salah seorang peserta ujian Paket C di perguruan Yayasan Pendidikan Islam Al-Muhajirin Depok. Sani--sapaan akrabnya--mengaku masih bersemangat mengejar ijazah Paket C, karena ia ingin meneruskan kuliah untuk memperoleh gelar sarjana.
"Selama ini saya selalu ditawarin ngajar, tapi kan harus S-1 dulu, jadi saya niatnya mau kuliah," kata Sani saat ditemui wartawan di Yayasan Al-Muhajirin tersebut, Senin, 15 April 2013.
Berkemeja putih dan celana hitam, Sani terlihat santai menunggu pelaksanaan ujian di koridor ruang ujian nomor 22 di lantai dua gedung sekolah. Sani mengaku telah siap menjalani ujian. Agar tidak kaget, Sani telah berlatih mengerjakan soal ujian Paket C untuk periode tahun sebelumnya. Hal itu terus dilakukan sejak tiga tahun lalu.
Dia juga mengaku sering membaca buku-buku pelajaran sebagai persiapan ujian. Namun, karena usia yang tergolong renta, Sani kerap lupa materi yang telah ia pelajari. "Daya ingat sudah mulai berkurang," katanya.
Meski begitu, semangat belajar Sani tak pernah surut. Warga Jalan H Iming RT 1 RW 2, Keluaran Beji, Depok itu tetap bersemangat belajar dan berlatih mengerjakan soal. Apalagi pada jelang pelaksanaan ujian beberapa pekan ini. Namun, dia mengaku karena usianya yang tak bugar, dia membatasi waktu belajarnya. "Ya kalau udah cukup (capek), saya berhenti," kata kakek dari tiga cucu ini.
Semangat Sani memang patut dijadikan contoh bagi siswa-siswi yang tengah menuntut ilmu. "Yang muda harusnya bisa lebih semangat lagi dari saya," katanya. Menurut dia, ilmu sangatlah penting dan tidak bisa dibayar dengan apa pun. Karena itu, dia ingin menularkan semangatnya kepada semua peserta ujian itu. "Harus tetap semangat. Namanya pendidikan kan penting. Ilmu harus terus dikejar," katanya.
Hari ini, Sani bersama ribuan peserta ujian lainnya mengikuti ujian nasional untuk Paket C di Perguruan Al-Muhajirin, Depok. Mereka akan mengerjakan soal dari dua mata pelajaran, yaitu, Bahasa Indonesia dan Pendidikan Kewarganegaraan. Ujian dimulai pukul 13.00 sampai menjelang magrib.
Menurut Sekretaris Panitia Pelaksana dan Pengawasan UN Kota Depok, Badruddin, ada 4-5 orang yang umurnya lebih dari 50 tahun yang ikut ujian. "Iya, kami sih tak tahu apa motivasi mereka. Itu bisa ditanyakan langsung," katanya sebelum ujian dimulai. Adapun total peserta yang mengikuti ujian Paket C tahun ini sebanyak 1.828 orang.



No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini