Derap Revolusi Arifinbrandan
salam revolusi! saudara sekandung
negeri keluarga besar republik indonesia yang majemuk. tolonglah bisiki rakyat,
bahwa indonesia, negara yang amat dicintainya, kini sudah berada di ujung
tanduk kehancuran. rakyat tak perlu lagi menunggu harapan muluk dari momentum
pemilu 2014 mendatang. lihatlah indikasi di depan mata, begitu banyak kasus
atau sengketa pemilukada diselesaikan dengan cara-cara kekerasan, dan tampaknya cara penyelesaian seperti ini
akan menjadi “trend sosial” di banyak daerah. rakyat kini mulai kalap, karena
sistem demokrasi liberal seperti yang dipertontonkan dalam 2 dekade, ternyata
tak memenuhi harapan rakyat. gerombolan elit parpol dengan klasifikasi si “muka
badak”, tak kredibel serta tak mumpuni sebagai figur pemimpin; saling berlomba
memaksakan kehendak agar dapat duduk di kursi jabatan (gubernur, bupati,
walikota). rakyat tahu bahwa motivasi, tekad serta landasan misi orang-orang
itu, bukanlah untuk memajukan daerahnya, tapi memburu peluang untuk bisa
korupsi sebanyak-banyaknya. apalagi mereka sadar betul, bahwa penegakan hukum
bagi koruptor di negeri ini hanya bertumpu pada “tangan mungil” kpk, sementara
aparat penegak hukum lain seperti aparat kepolisian dan kejaksaan, bahkan
kehakiman, mahkamah agung; kini lembaga-lembaga negara itu, terlihat tinggal
sebuah pusara papan nama. begitu banyak kasus skandal besar yang tak mampu
diproses serta diputus secara tegas, adil, tuntas. kasus blbi 1 & 2,
century, hambalang, dst, kini hanya menjadi koleksi “barang pajangan” di
etalase sejarah penegakan hukum di negeri ini yang loyo, lumpuh layu, sekarat.
ketika penegakan hukum tidak berjalan seperti yang diharapkan, maka rakyat
secara naluriah mencari solusi penyelesaiannya sendiri. satu di antaranya
adalah fenomena tragedi gerombolan penembak misterius di lapas cebongan. dan
jangan dikira, bahwa kasus-kasus tragedi yang lebih mengerikan dari peristiwa
penyerbuan lapan cebongan tak akan terjadi di hari-hari mendatang. kini rakyat
hidup dalam kecemasan dan was-was. rakyat hidup dalam penderitaan panjang tanpa
ada kepastian. belum lama ini rakyat dibikin susah dengan urusan bawang
merah-putih, belum lama ini rakyat dibikin bingung soal kebijakan byar pet pln,
belum lama ini rakyat disuguhi tontonan nyinyir dari sang peresidennya, yang
merangkap-rangkap jabatan di internal parpolnya yang penuh dengan jelaga najis
kasus korupsi. belum lama ini rakyat disuguhi iklan politik bercita rasa
“carmuk” snobis dari kandidat capres. begitu banyak kejadian atau peristiwa di
negeri ini yang membuat rakyat yang sudah lama hidupnya susah menjadi lebih
susah lagi.
apakah ada kepekaan dari gerombolan para elit parpol terhadap penderitaan nasib rakyat yang hidupnya sejak lama dibikin susah blingasatan ini? tidak ada! gerombolan elit parpol tak punya kepekaan hatinurani. apalagi, budaya paternalistik nyata-nyata menyodorkan satu contoh "teladan yang baik", di mana posisi presiden, dapat leluasa merangkap aneka jabatan di parpolnya. mereka yang menyebut diri sebagai pemimpin, sudah lama kehilangan “urat malu”. rakyat sudah lama kehilangan figur pemimpin yang berjiwa progresif revolusioner. kalau pun saat ini ada yang namanya "pemimpin", itu sekadar "pemimpin-pemimpinan", pemimpin palsu, yang tak punya integritas karakter kepemimpinan. tak punya aura wibawa. pemimpin yang kehilangan tongkat kepemimpinan. dalam situasi seperti inilah rakyat, kini lebih percaya dengan ideologi anarkisme dalam menyelesaikan berbagai masalah di daerahnya. ketika komplotan elit parpol di kota kapitalis kriminal jakarta sedang menggadang-gadang capresnya untuk pemilu 2014 mendatang, rakyat di banyak daerah justru asyik “menciptakan” ekspresi anarkisme. mereka mengekspresikan rasa frustrasi sosialnya dengan cara-cara anarkis. Tolong, sekali lagi tolonglah jangan salahkan rakyat. karena rakyat sudah lama kecewa dan sakit hati. rakyat tak lagi mempercayai sistem demokrasi yang ternyata, cuma menguntungkan gerombolan elit parpol di jakarta. rakyat marah, berang, murka. rakyat terpaksa saling berhadap-hadapan, baku hantam, bentrok sosial, bakar-bakaran, ancur-ancuran. dan pada saatnya nanti, rakyat akan saling bunuh-bunuhan. tapi sekali lagi, jangan salahkan rakyat. karena rakyat bergerak mengikuti kata hati nurani, karena rakyat sudah tak punya reserve kestabilan emosi, karena rakyat sudah habis batas kesabarannya.
ingatlah saudaraku yang berjiwa revolusioner, indonesia saat ini adalah indonesia yang berada dalam genggaman kartel elit parpol di tangan kanan, dan kartel narkoba di tangan kiri. oleh karena itu rakyat harus digelorakan jiwa revolusionernya. satu jalan perjuangan bersama demi perubahan besar dan mendasar: revolusi zonder kompromi. rakyat harus bergerak dengan satu tekad perjuangan dan gelora pekik yel yang kompak serempak rancak penuh gerak dan sorak: pemilu 2014 emoh, revolusi pancen o yee!!
apakah ada kepekaan dari gerombolan para elit parpol terhadap penderitaan nasib rakyat yang hidupnya sejak lama dibikin susah blingasatan ini? tidak ada! gerombolan elit parpol tak punya kepekaan hatinurani. apalagi, budaya paternalistik nyata-nyata menyodorkan satu contoh "teladan yang baik", di mana posisi presiden, dapat leluasa merangkap aneka jabatan di parpolnya. mereka yang menyebut diri sebagai pemimpin, sudah lama kehilangan “urat malu”. rakyat sudah lama kehilangan figur pemimpin yang berjiwa progresif revolusioner. kalau pun saat ini ada yang namanya "pemimpin", itu sekadar "pemimpin-pemimpinan", pemimpin palsu, yang tak punya integritas karakter kepemimpinan. tak punya aura wibawa. pemimpin yang kehilangan tongkat kepemimpinan. dalam situasi seperti inilah rakyat, kini lebih percaya dengan ideologi anarkisme dalam menyelesaikan berbagai masalah di daerahnya. ketika komplotan elit parpol di kota kapitalis kriminal jakarta sedang menggadang-gadang capresnya untuk pemilu 2014 mendatang, rakyat di banyak daerah justru asyik “menciptakan” ekspresi anarkisme. mereka mengekspresikan rasa frustrasi sosialnya dengan cara-cara anarkis. Tolong, sekali lagi tolonglah jangan salahkan rakyat. karena rakyat sudah lama kecewa dan sakit hati. rakyat tak lagi mempercayai sistem demokrasi yang ternyata, cuma menguntungkan gerombolan elit parpol di jakarta. rakyat marah, berang, murka. rakyat terpaksa saling berhadap-hadapan, baku hantam, bentrok sosial, bakar-bakaran, ancur-ancuran. dan pada saatnya nanti, rakyat akan saling bunuh-bunuhan. tapi sekali lagi, jangan salahkan rakyat. karena rakyat bergerak mengikuti kata hati nurani, karena rakyat sudah tak punya reserve kestabilan emosi, karena rakyat sudah habis batas kesabarannya.
ingatlah saudaraku yang berjiwa revolusioner, indonesia saat ini adalah indonesia yang berada dalam genggaman kartel elit parpol di tangan kanan, dan kartel narkoba di tangan kiri. oleh karena itu rakyat harus digelorakan jiwa revolusionernya. satu jalan perjuangan bersama demi perubahan besar dan mendasar: revolusi zonder kompromi. rakyat harus bergerak dengan satu tekad perjuangan dan gelora pekik yel yang kompak serempak rancak penuh gerak dan sorak: pemilu 2014 emoh, revolusi pancen o yee!!
No comments:
Post a Comment