Tidaklah tersangkalkan bahwa tanah Bali itu adalah sebuah
wilayah kecil bahkan lebih kecil dari luasnya ibu kota Indonesia. Namun di
tempat yang amat kecil itu banyak
tradisi leluhur yang hingga kini lestari dan tetep terlaksana,
tradisi-tradisi itupun termasuk budaya/kebudayaan, maka jadilah dia budaya
Bali. Karena budayanya juga tanah Bali itu tersohor hingga ke seantero jagat.
Foto koran/tabloid tokoh edisi 15 - 21 April 2013 |
Dikutip dari koran/tabloid tokoh edisi 15 s.d
21/4/2013. Tradisi
makotek/ngrebeg adalah sebuah budaya sejak zaman kejayaan Mengwi yang
dilaksanakan setiap enam bulan sekali. Makotek hingga kini tetap
diselenggarakan masyarakat Desa Adat Munggu, yang dimulai kala Desa Adat Munggu
di bawah titah Raja Puri Mengwi “Ida Cokode Mengwi” melancarkan perang ke tanah
Jawa yakni Blambangan. Berawal dari kemenangan yang diperoleh kala melancarkan
perang ke Blambangan, saat kembali ke tanah Bali saking senangnya para prajurit
Ida Cokorda Mengwi saat tiba di perbatasan Gilimanuk para prajurit bermain
tombak, hingga melukai diri mereka satu sama lain. Melihat para prajurit
terluka, Ida Cokorda Mengwi bernazar (menyatakan suatu
perjanjian/kesanggupan) “ Jika semua
prajurit bisa sehat sejati, saya sanggup melaksanakan upacara mekotek/ngerebeg
tiap Saniscara Keliwon, wuku Kuningan”. Ternyata terkabul, akhirnya hingga kini
dilaksanakan upacara mekotek.
Pada awalnya dahulu, makotek memakai tombak namun sejak lama
tombak diganti dengan kayu pulet yang kokoh hingga kini. Makotek memang
merupakan perayaan untuk memperingati kemenangan kerajaan Mengwi ketika perang
melawan kerajaan Blambangan dari Banyuwangi. Tradisi makotek sampai sampi
sekarang terus dilaksanakan dengan maksud memohon anugrah Tuhan agar masyarakat
terhindar dari wabah penyakit. Dalam pelaksanaannya ratusan kayu-kayu pulet
sepanjang 3,5 meter dipegang oleh para laki-laki dan digabungkan hingga
membentuk krucut, lalu salah satu dari pemuda yang merasa tertantang menaiki
kayu tersebut hingga ke ujung dengan posisi berdiri. Istilah mekotek lantaran
berawal dari suara kayu-kayu yang saling beradu ketika kayu-kayu tersebut
disatukan menjadi bentuk gunung/kerucut, yang bunyinya tek...tek...tek..tek,
sesungguhnya tradisi ini pada awalnya bernama grebeg yang artinya saling
dorong.--
No comments:
Post a Comment