Thursday, January 10, 2013

“ Ngayah “ ( Hindu )



I Gede Bawa Setiawan, bali post 09012013.

Ngayah, bagi umat Hindu umumnya atau masyarakat (Hindu) Bali khususnya bagai oksigen yang menapasi relegiusitas. Namun pada saat globalisasi  melanda saat ini, kegiatan ngayah kian jarang dilakukan. Hingga saat ini ngayah memang lebih banyak difahami, dimaknai dalam lingkup yang sempit dan terbatas. Seperti ngayah membuat upakara pada waktu piodalan di pura, mempersembahkan tari wali,dsb.  Akibatnya banyak warga yang tidak bisa terlibat dalam kegiatan ngayah berkenaan dengan piodalan itu, merasa asing atau tidak percaya diri. Namun jika memahami dengan benar secara konseptual tentang makna dan hakikat ngayah, hal itu tidak mesti terjadi.

Aktifitas ngayah yang masih melekat dalam sikap bathin dan budaya orang Hindu pada hakikatnya berpegang pada suatu rumusan filosofis  kerja sebagai ibadah dan ibadah dalam kerja.  Bagi sosok orang Hindu lebih jauh diperdalam dalam pemahaman kharisma yang disebut taksu. Konsep spiritual taksu menjadi dasar, baik dalam representasi paham kerja atau ngayah dan tidak semata-mata memberi pergulatan teknik, namun juga relegius pendalaman atas nuansa spiritual pada aktifitas ngayah.

Dewasa ini bentuk pemahaman, penghayatan dan implementasi ngayah dalam arti luas antara lain dapat direfleksikan melalui menulis cerita-cerita ketuhanan, menulis buku-buku agama , dharma wecana, menyekolahkan anak yatim/piatu, mengajarkan tentang agama,dsb.  Jadi istilah ngayah tidak selalu dalam konteks upacara keagamaan saja.--

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini