Tanah Bali, yang keloktah disebut pulau Dewata terkenal juga
dibidang kebudayaannya di bidang keramah tamahan warganya, serta keseniannya
yang senantiasa memukau para turis. Bali berkembang hingga kala ini adalah
karena pariwisatanya, pariwisata itu
otomatis ada kaitannya dengan petani dan lahan garapannya. Panorama alam tanah
Bali terkenal indah lantaran dari pegunungan hingga tepi-tepi pantainya tertata
apik persawahan yang berundag-undag, terasering demikian sebutannya.
Sawah edentik dengan pertanian, di tanah Bali dibidang
pertaniannya walau indah nampak dari jauh namun sesungguhnya banyak ada masalah
yang mendasar yang melilit membelit pembangunan sektor pertaniannya. Diantara
permasalahany yang acap muncul
diantaranya : derasnya alih fungsi lahan untuk kepentingan non pertanian,
sempitnya lahan garapan petni, kian surutnya sumber air irigasi, mahalnya harga
sarana produksi, paska panen yang kurang ditingkatkan, keterampilan petani
rendah, kelembagaan petani lemah, serta serangan hama dan penyakit. Ketimpangan
harga input-output juga jadi beban, agak kurang pula integrasi vertikal yang
kuat dalam sistim komuditas, dukungan tehnologi pertanian juga rada-rada
kurang, yang tidak kalah masalahnya adalah petani kian terjepit oleh kenaikan
nilai jual obyek pajak (NJOP). Kita semua menyadari, bahwa kerja di pertanian
kuranglah menarik, resultante dari semua masalah itu telah menyebabkan
kesejahtraan para petani rendah dan hidupnyapun penuh kesederhanaan. Juga
muncul stigma, pertanian adalah kotor, kerja keras, kemiskinan, keterbelakangan
maka tiada heran pertanian kurang menggugah hati para pemuda untuk
menggelutinya.
PR besar bagi pemerintah tanah Bali adalah, mencari terobosan
guna dapat memajukan pertanian Bali menjadi bergengsi sehingga dapat menarik
kaum muda bekerja di sektor pertanian. Jika tidak dilakukan, 10 s.d 15 tahun kedepan
lahan pertanian di tanah Bali tidak akan ada yang mengerjakan, otomatis
berkuranglah daya tarik tanah Bali. Hendaknya pemerintah juga memberikan
pendampingan anggaran secara berkelanjutan. Jumlah anggaran yang dialokasikan
untuk pertanian dalam APBD tidak hanya berdasarkan jumlah penduduk, mestinya
mencerminkan urgensi sektor pertanian yang kini sedang terpinggirkan. Jika
komitmen serta kebijakan di sektor pertanian kurang memihak petani, jangan
pernah bermimpi pertanian di tanah Bali bisa bangkit dari keterpurukan.-
No comments:
Post a Comment