Tuesday, December 25, 2012

Selintas pariwisata Bali (ironis tanah Bali)


Bali post 161212

Bali sebagai destinasi pariwisata dunia dinilai oleh sejumlah kalangan tidak mampu mengerem laju pembangunan di sektor tersebut. Bali tidak mampu membendung pembangunan akomodasi pariwisata di 3 kawasan, Badung, Gianyar, dan Kota Denpasar. Kendurnya penegakan moratorium diakui oleh Ketua Asosiasi biro perjalanan wisata (Asita Bali).  Pengembangan pariwisata di Bali perlu diseimbangkan  antara Bali Selatan dan Bali Utara, Barat dan Timur.

Pembangunan pariwisata yang tidak terkontrol akan berdampak pada kwalitas pariwisata yang terus merosot. Kwalitas wisatawan ke Bali pada era 80-an memiliki spending money atau pengeluaran wisatawan selama berlibur mencapai 300 dolar per orang dengan length of stay  (lama tinggal) mencapai 14 hari. Sedangkan 10 tahun terakhir, wisman yang datang tertinggi mencapai 2,5 juta per tahun, namun justru spending money wisatawan rendah hanya mencapai 100 dolar per orang dengan length of stay hingga 3 hari. Banyak akomodasi menimbulkan perang tarif. Harga kamar hotel yang mestinya diatas 1 juta dibanting menjadi Rp. 300 ribu. Efeknya wisatawan yang datang yang spendingnya rendah, lama tinggalnya juga rendah karena dengan modal yang pas-pasan mereka sudah bisa ke Bali.


Rencana penyetopan sementara atau moratorium perizinan hotel di kawasan Badung masih dalam kajian. Hingga saat ini belum dipastikan kapan regulasi khusus mengenai hal itu dikeluarkan. Padahal moratorium izin hotel oleh sejumlah kalangan dinilai strategis dalam mengendalikan tata ruang, walau tak sedikit yang menilai kebijakan moratorium tidak pas/tepat. Pemkab Badung mengklaim moratorium sebagai upaya pengendalian tata ruang dan bertujuan membangun pariwisata berkwalitas. Rencana penyetopan sementara izin akomodasi pariwisata khususnya hotel merupakan salah satu upaya menekan laju alih fungsi lahan dan menciptakan kenyamanan di sektor pariwisata.-
  

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini