Berawal dari keiklasan Pasek Badak untuk menyerah kalah
kepada I Gusti Agung Putu dari Puri Kaleran. Menyerahnya Pasek Badak dengan suatu sarat : agar
mayatnya diupacarai dan arwah sucinya disembah oleh keturunan Gusti Agung.
Namun Gusti Agung tak setuju, dia mengajukan syarat lain : Gusti Agung
mengatakan bahwa ada keturunannya dari anak angkat sebanyak 40 orang, terdiri
dari brahmana,kesatrya, wesya, dan sudra, itulah yang akan menyembah suci arwah
Pasek Badak untuk selamanya dan akan dibuatkan pelinggih berbentuk meru tumpang satu. Pasek Badak
setuju, dan mengatakan bahwa jika keturunan Gusti Putu telah menyembah arwah
suci Pasek Badak, maka semua keturunan itru akan menjadi kebal. Saat itu Gusti
Agung Putu baru menyelesaikan sebuah pedang dan baru saja digerinda yang mana
pegangannya terbuat dari kayu dadap. Pedang itulah yang mengantarkan Pasek
Badak ke Alam Baka.
Setelah Pasek Badak meninggal, keluarganya yang tidak mau
tunduk kepada I Gusti Agung Putu pergi meninggalkan rumahnya di desa Badak,
menuju suatu tempat bernama Jaka Tebel, dan menetap. Lama kelamaan Jaka Tebel
itu menjadilah sebuah desa, tempat itu disebut Desa Tangguntiti. Demikian juga
keturunan Pasek Badak yang ada disana disebut “Pasek Tangguntiti”
Note > pedang yang dipakai membunuh Pasek Badak bernama “Ki
Nagakeras”
Sumber :
buku Babad Pasek, seri babad bali.
No comments:
Post a Comment