Sunday, December 16, 2012

Sang Ratu wafat saat melahirkan Si Bungsu (raja Bali)



Ditanah Bali seperti halnya di daerah-daerah lainnya di Nusantara, acap terjadi pergantian penguasa, raja demikian namanya. Kita semua tahu bahwasanya jika sang penguasa adalah seorang wanita, maka sang penguasa itu disebut ratu. Pada zamannya kemarin dulu, di tanah Bali juga pernah ada seorang ratu berkuasa. Ratu yang satu ini memiliki nama yang demikian indah, yakni Sri Gunaprya Dharmma Patni.

Beliau berputra 3 orang , yaitu Sri Dharmmawangsa Wardhana Marakatapangkaja Stanotunggadewa, Sri Airlangga, dan Sri Anak Wungsu. Musibah tiba, tatkala akan melahirkan Sri Anak Wungsu,  Sri Gunaprya Dharmmapatni terkena sakit keras.  Karena sakit beliau telah banyak dukun yang diundang/didatangkan ke istana  untuk mengobati sakit beliau ( tidak sedikit dukun yang termasyur ke-sidhi-an dan ke-mandi-annya ). Namun sayang tidak sedikit dukunpun  yang mampu menyembuhkan penyakit Sang Ratu.  Oleh karena dalam keadaan sakit keras, dan rupanya telah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa pada saat sang Ratu (Guna Prya Dharmmapatni) melahirkan beliau menemui ajalnya. Namun putranya lahir dengan selamat, dan putra sang ratu ini sejak baru lahir sudah nampak rupawan dan tampan. Putra beliau itu diberi nama Sri Anak Wungsu, yang berarti anak bungsu dari Sri  Guna Prya Dharmmapatni.

Berita tentang wafatnya, Sri Guna Prya Dharmmapatni segera tersebar hingga ke pelosok pedesaan, sehingga rakyat ikut bersedih hati serta menyampaikan bela sungkawa. Berita ini bukan saja tersebar di tanah Bali, akan tetapi juga tersebar hingga ke pulau Jawa. Itulah sebabnya Mpu Baradah diutus oleh raja Daha Sri Airlangga datang ke Bali, untuk menyatakan bela sungkawa dan melayat jenazah ibunya. Kemudian abu jenazah sang ratu, di-candi-kan di Kutri, Buruan (Gianyar) dan diberi gelar Durgga Mahisa Mardhini  Asthabhuja karena beliau dianggap pejelmaan Dewi Uma penganut faham Siwa.

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini