Monday, December 31, 2012

“ Metatah” (Hindu)

Durentaluh, Selasa Warigadean, 5-3-2013
Durentaluh, selasa warigadean, 5-3-2013




Upacāra Yajña potong gigi, atau dalam komunitas Hindu-Bali disebut metatah, mepandes, atau mesangih. Secara fisik, dalam upacāra ini, baik laki-laki maupun perempuan, enam gigi mereka diratakan dengan alat kikir, yaitu dua gigi taring dan empat gigi tengah.

Keenam gigi itu melambangkan Sad Ripu atau enam sifat buruk yang ada dalam diri setiap manusia, yakni nafsu (kama), rakus (loba), marah (kroda), mabuk (mada), bingung (moha), dan dengki (matsarya).







metatah/mesangih/mepandes/potong gigi

Upacāra mapandes disebut pula matatah, masangih yang dimaksud adalah memotong atau meratakan empat gigi seri dan dua taring kiri dan kanan, pada rahang atas, yang secara simbolik dipahat 3 kali, diasah dan diratakan. Rupanya dari kata masangih, yakni mengkilapkan gigi yang telah diratakan, muncul istilah mapandes, sebagai bentuk kata halus (singgih) dari kata masangih tersebut.

Bila kita mengkaji lebih jauh, upacāra Mapandes dengan berbagai istilah atau nama seperti tersebut di atas, merupakan upacāra Śarīra Saṁskara, yakni menyucikan diri pribadi seseorang, guna dapat lebih mendekatkan dirinya kepada Tuhan Yang Maha Esa, Sang Hyang Widhi, para dewata dan leluhur. Di Bali upacāra ini dikelompokkan dalam upacāra Manusa Yajña. 

No comments:

Post a Comment

Baca juga yang ini